Sabtu, 23 Maret 2013

KONDISI SOSIAL POLITIK INDONESIA PADA MASA DEMOKRASI LIBERAL

KONDISI SOSIAL POLITIK INDONESIA PADA MASA DEMOKRASI LIBERAL
Oleh: Gimin Saputra
            Pada masa demokrasi liberal Indonesia adalah  masa yang suram juga bagi rakyat Indonesia karena di masa ini yang berkuasa hanyalah kabinet-kabinet didalam pemerintahan. Kabinet-kabinet yang berkuasa itu tidak lama (sering pergantian kabinet), diakarenakan banyaknya partai.  Pergantian kabinet ini terjadi hampir tiap tahun karena didalam pemerintahan tidak ada kabinet yang bertahan lama. Maka ciri khas pada masa demokrasai liberal ini adalah seringya terjadi pergantian kabinet yang disebabkan banyaknya partai.
            Demokrasi liberal ini berlansung lebih kurang 9 tahun yaitu tahun 1950-1959 yang merupakan setelah revolusi fisik terjadi dibangsa Indonesia. Adapun kabinet yang berlomba untuk mendapatkan kursi dalam pemerintahan adalah kabinet Natsir (1950-1951), kabinet Sukiman (1951-1952),kabinet Mr. Wilopo (1952-1953), dan kabinet Ali Sastroamidjojo (1953-1955). Meski semua dari kabinet ini pernah menang dan menduduki kursinya namun semua itu tidak bertahan lama jatuh lagi dan digantikan oleh kabinet selanjutnya.
            Pada masa demokrasi liberal para elit politik sibuk dengan kursinya atau jabatannya sehingga rakyat Indonesia  merasa kesulitan yang disebabkan oleh beratnya perekenomian dan gangguan keamanan. Tidak hanya itu saja bahkan pada masa demokrasi liberal ini itu juga terdapat kesulitan dalam pemerintah yang hingga menyebabkan demokrasi ini mundur.
            Pada masa demokrasi liberal yang merupkan sering terjadinya pergantia kabinet juga diadakan pemilu yang pertama didalam bangsa Indonesia. Pemilihan umum pertama ini terjadi antara 29 September 1955, digunakan untuk memilih anggota DPR dan 15 Desember 1955, pemilu dimanfaatkan untuk memilih kostituante. Meski pemilu I berjalan dengan sukses, namun sistem pemerintahan juga tetap tidak berubah. Karena para penguasa hanya mementingkan pribadi dan partainya masing-masing. Keadan yang demikian membuat masyarakat prustasi karena apa yang diharapkan dari pemilu I ini tidak juga didapat oleh masyarakat.
            Begitulah keadaan politik pada masa liberal ini yang semua dari negara ini dipegang atau dikuasai oleh kabinet dari partai yang berkuasa. Di dalam memempin para penguasa hanya mementingkan dirinya sendiri (pribadi) dan memerhatikan partainya di bandingkan masyarakat. Sehingga masyarakat banyak mendapatkan kesulitan. Salah satu kesulitan yang dialami masyarakat adalah dalam eknomi yang sangat buruk dan keamanan yang tidak terjaga sehingga banyak terjadi pemberontakan.

GERAKAN REFORMASI
            Gerakan reformasi merupakan sebuah gerakan yang tujuannya untuk menuntut keadilan dari pemerintahan Orde  Baru yang tidak menjalankan misinya yaitu tidak menjalankan UUD 1945 secara baik dan murni. Gerakan reformasi muncul di negara Indonesia ini pada tahun 1998 yang merupakan jawaban dari kris yang melanda dari berbagai sendi kehidupan dalam bangsa Indonesia. Seperti politik, ekonomi, hukum dan sosial. Tidak hanya itu, gerakan reformasi ini juga merubah corak atau cara pemerintahan orde baru yang dari otoriter ke corak pemerintahan yang demokrsi
            Gerakan reformasi ini bukan sebuah gerakan yang untuk menjatuhkan jabatan presiden Suharto yang telah lama berkuasa (23 tahun) atau menurumkannya dari kursi jabatan. Tetapi adalah sebuah gerakan yang yang menuntut keadilan yang pemerintahan itu harus berdasarkan kepada UUD 1945 juga untuk memwujudkan pemerintahan yang bersih dari dari korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN).
            Pada masa gerakan reformasi ini masyarakat Cina yang ada di Indonesia itu mearasa ketakutan karena ancaman dari pemuda yang dikarenka Islam pada masa ini telah bangkit yang sebelumnya pada masa Orde Baru Islam itu tersingkir. Gerakan reformasi ini terjadi pada masa pemerintahan Habibi yang juga membuat ABRI dengan Polisi terpecah. Tidak hanya itu, kebebasan juga diarasakan oleh masayarakat Indonesia yang hak-haknya (rakyat kecil) sudah didengar oleh pemerintahan. Ditambah lagi dengan bebasnya media cetak, seperti koran, majalah yang membuat masyarakat bebas untuk mengungkapkan ide-idenya mengenai pemerintahan yang terjadi di bangsa Indonesia ini. Tapi ada sesuatu hal kita sayangkan pada masa reformasi ini yaitu lepasnya Timur-Timor dari kesatuan NKRI pada tahun 1999.
            Rasanya tidak lengkap kalau pada masa reformasi ini jika tidak menjinggung yang tragedi yang penting pada masa reformasi ini. Tragedi itu adalah peristiwa Trisakti yang terjadi pada tahun 12 Mei 1998 yang dilakukan oleh mahasiswa. Dalam peristiwa ini ada empat orang mahasiswa yang meninggal yang kemudian disebut gugur dengan diberi gelar pahlawan reformasi. Kemunculan gerakan reformasi yang dimotori oleh kalangan mahasiswa, masalah hukum juga menjadi salah satu tuntutannya. Masyarakat menghendaki adanya reformasi di bidang hukum agar dapat mendudukkan masalah-masalah hukum pada kedudukan atau posisi yang sebenarnya. 
            Demokrasi besar-besaran dilakukan oleh mahasiswa saat kenaikan harga BBM dan ongkos diumumkan oleh pemerintahan (4 Mei 1998). Meski demokrasi ini sebelumnya terjadi secara damai, itu berubah menjadi aksi kekerasan setelah tertembaknya empat orang mahasiswa Trisakti. Tragedi Trisakti itu telah mendorong munculnya solidaritas dari kalangan kampus dan masyarakat yang menantang kebijakan pemerintahan yang dipandang tidak demokratis dan tidak merakyat.
            Dengan demo-demo yang terus dilakukan oleh mahasiswa yang untuk meminta Suharto mengundurkan dirinya sebagai presiden yang angkhirnya mendapat tanggapan dari Harmoko (ketua MPR). Sehingga Suharto mengundurkan diri yang lansung digantikan oleh Habibi pada tahun 21 Mei 1998.

kutai

A.      PENDAHULUAN
Kerajaan Kutai merupakan kerajaan bercorak Hindu di Nusantara yang memiliki bukti sejarah tertua. Kerajaan kutai berdiri sekitar abad ke-4 M. Kerajaan ini terletak di Muara Kaman, Kalimantan Timur, tepatnya di hulu sungai Mahakam. Nama kutai di ambil dari nama tempat ditemukannya prasasti yang menunjukkan eksistensi kerajaan tersebut. Tidak ada prasasti yang secara jelas menyebutkan nama kerajaan ini dan memang sangat sedikit informasi yang diperoleh.
Dalam pembahasan Kerajaan Kutai ini pemakalah akan menguraikan tentang apa-apa saja peninggalan sejarah yang ada di Kerajaan Kutai tersebut, sehingga kita dapat mengungkap kebenaran yang ada, dan menambah pengetahuan kita tentang sejarah kerajaan Kutai tersebut. Pembahasan tentang kerajaan Kutai tersebut akan kami bahas dalam poin selanjutnya.
B.      PEMBAHASAN
A. Pengaruh Budaya India di Indonesia
Sebelum kita membahas tentang Kerajaan Kutai alangkah baiknya kita mengenal tentang pengaruh budaya India terhadap kebudayaan Indonesia. Kebudayaan India tumbuh subur di Indonesia, namun unsur budaya asli Indonesia masih dominan dalam masyarakat, misalnya tampak dalam hal berikut ini:[1]
1. Kasta
Sistem kasta di Indonesia merupakan pengaruh kebudayaan dari India seiring munculnya agama Hindu di India. Ketika agama dan kebudayaan  Hindu masuk ke Indonesia sistem kasta tidak berlaku mutlak seperti yang berlaku mutlak di India. Masyarakat Hindu di Indonesia mengenal kasta hanya dalam bidang kagamaan. Masyarakat Hindu di Indonesia merupakan masyarakat yang senantiasa menerima budaya dari luar tanpa menghilangkan budaya asli atau pribumi.
2. Konsep Raja dan Kerajaan
Sebelum budaya India masuk ke Indonesia, masyarakat Indonesia tidak mengenal konsep Raja dan Kerajaan. Indonesia pada masa itu baru mengenal konsep kesukuan. Masyarakat masih terpecah-pecah dalam bentuk suku-suku yang kecil, artinya wilayah yang di pegang setiap suku masih terbatas. Setiap suku tersebut dipimpin oleh seorang kepala suku atau Primus Interpares. Seorang kepala suku dipilih berdasarkan kekuatatan fidik dan kekuatan magis yang dimilikinya.
Setelah kebudayaan India masuk ke Indonesia, konsep raja dan kerajaan mulai dikenal. Hal ini dapat ditelusuri dari munculnya kerajaan Kutai di Kalimantan Timur. Menurut para pakar sejarah mengatakan bahwa kerajaan Kutai pada awalnya merupakan sebuah pemerintahan yang dipimpin oleh seorang kepala suku. Kepala suku dalam hal ini adalah Kudungga yang diperkirakan masih merupakan nama asli Indonesia. Kutai mulai tampak menjadi sebuah kerajaan sejak pada masa pemerintahan raja Aswawarman . Jadi pada dasarnya pengaruh kebudayaan India dalam melahirkan konsep Raja dan Kerajaan di Indonesia sangat besar.
B. Kerajaan Kutai
1)       Lokasi kerajaan Kutai
Berdasarkan sumber-sumber berita yang berhasil ditemukan menunjukkan bahwa kerajaan Kutai terletak di Kalimantan Timur, yaitu di hulu Sungai Mahakam.[2] Sumber yang menyatakan bahwa di Kalimantan Timur telah berdiri dan berkembang kerajaan yang bercorak Hindu (India) adalah hasil dari beberapa penemuan peninggalan berupa tulisan (prasasti). Tulisan tersebut terdapat pada tujuh buah batu tiang, batu tersebut disebut dengan Yupa. Tulisan yang terdapat pada Yupa tersebut menggunakan huruf Pallawa dan berbahasa Sanskerta. Tiang batu atau Yupa tersebut dipergunakan untuk mengikat hewan kurban. Kurban tersebut merupakan persembahan masyarakat Kutai kepada para Dewa yang dipujanya.
Adapun isi prasasti tersebut menyatakan bahwa raja pertama kerajaan Kutai bernama Kudungga. Ia mempunyai putra bernama Aswawarman yang disebut sebagai Wamsakerta (pembentuk keluarga). Setelah meninggal Aswawarman, kemudian digantikan oleh Mulawarman. Penggunaan nama Aswawarman dan nama-nama raja generasi berikutnya menunjukkan telah masuknya pengaruh agama Hindu dalam kerajaan Kutai dan hal itu membuktikan bahwa raja-raja Kutai adalah orang Indonesia asli yang telah memeluk agama Hindu.[3]

2)       Kehidupan Politik
Sejak muncul pengaruh India (Hindu) di Kalimantan Timur, terjadi perubahan dalam tatanan pemerintahan, yaitu dari pemerintahan seorang Kepala Suku menjadi sistem pemerintahan Raja dan Kerajaan dengan raja sebagai kepala pemerintahannya. Raja-raja yang berhasil diketahui pernah memimpin kerajaan Kutai berdasarkan petunjuk dari Prasasti atau Yupa, yaitu:

a. Raja Kudungga
Raja Kudungga merupakan raja pertama yang berkuasa di kerajaan Kutai, ia juga sekaligus sebagai kepala suku di sana. Para sejarawan berpendapat bahwa pada masa kekuasaan Raja Kudungga pengaruh Hindu baru masuk ke wilayah kekuasaannya. Kedudukan Kudungga pada awalnya adalah sebagai seorang kepala suku. Seiring masuknya pengaruh Hindu ke wilayah kekuasaannya, kemudian Kudungga dengan senang hati menerima agama tersebut, dengan diterimanya agama tersebut otomatis secara berangsur-angsur struktur pemerintahan dari sistem kepala suku di ubah menjadi sistem kerajaan. Sebagai raja pertamanya adalah Kudungga. Akhir kekuasaan Kudungga digantikan oleh putranya benama Aswawarman.



b. Raja Aswawarman
Prasasti Yupa menerangkan bahwa raja Aswawarman merupakan raja yang cakap dan kuat. Pada masa pemerintahannya ia melakukan perluasan daerah kekuasaan. Hal ini dibuktikan dengan pelaksanaan upacara Aswamedha. Upacara ini pernah dilakukan di India pada masa pemerintahan Raja Samudragupta, ketika ingin memperluas daerah kekuasaannya. Dalam upacara itu dilaksanakan pelepasan kuda dengan tujuan untuk menentukan batas-batasan kerajaan Kutai. Dengan kata lain, sampai dimana ditemukan telapak kaki kuda, maka sampai disitulah batas kekuasaan kerajaan Kutai.[4] Pelepasan kuda tersebut diiringi atau diikuti oleh prajurit-prajurit kerajaan Kutai. Akhir kekuasaan Aswawarman digantikan oleh putranya, yaitu Mulawarman.

c. Raja Mulawarman
Raja Mulawarman merupakan raja besar atau raja termashur dari kerajaan Kutai. Dimasa pemerintahannya kerajaan Kutai mengalami masa Keemasan atau masa kegemilangan. Rakyat hidup tentram dan sejahtera. Dengan keadaan itulah raja Mulawarman mengadakan upacara kurban emas yang amat banyak. Maksud kurban emas yang amat banyak tertera dalam keterangan tertulis pada prasasti yang menyatakan bahwa raja Mulawarman pernah memberikan hartanya berupa minyak dan 20.000 ekor sapi kepada para Brahmana.[5]

3)       Kehidupan Sosial
Berdasarkan prasasti yang ditemukan di Kutai, dapat diketahui bahwa pada abad ke-4 M di daerah Kutai terdapat suatu masyarakat Indonesia yang telah mengenal pengaruh Hindu. Masyarakat tesebut telah mampu mendirikan sebuah kerajaan yang tertata rapi menurut pola pemerintahan yang di India. informasi ini sangat penting karena dapat menunjukkan aspek-aspek kehidupan sosial masyarakat Indonesia pada saat itu yang telah berkembang mengikuti pola perkambangan zaman. Masyarakat Indonesia menerima unsur-unsur yang datang dari luar (india) dan mengembangkannya sesuai dengan kebudayaan dan tradisi bangsa Indonesia itu sendiri.
4)       Kehidupan Ekonomi
Tentang kehidupan perekonomian masyarakat Kutai tidak banyak diketahui dari prasasti-prasasti Kutai. Namun melihat letaknya, Kutai sangat strategis, terletak pada jalur aktifitas pelayaran, dan perdagangan antara dunia Barat  dengan dunia Timur. Disamping itu letak Kutai yang jauh di pedalaman sangat baik untuk tempat peristirahatan bagi para pelayar yang melakukan perjalanan jauh. Mereka secara langsung maupun tidak langsung besar pengaruhnya dalam kehidupan masyarakat Kutai, terutama dalam bidang perekonomian masyarakat, dimana perdagangan merupakan mata pencaharian utama pada waktu itu
5)       Kehidupn Budaya
Kehidupan dan perkembangan kebudayaan masyarakat Kutai erat kaitannya terhadap kepercayaan atau agama yang mereka anut. Yupa merupakan salah satu hasil budaya masyarakat Kutai. Pada dasarnya Yupa tersebut merupakan sebuah tiang batu untuk mengikat korban yang akan dipersembahkan. Namun sebenarnya tugu batu tersebut merupakan warisan budaya nenek moyang bangsa Indonesia dari zaman megalitikum, yaitu kebudayaan menhir.[6]
Salah satu Yupa menyebutkan tempat suci dengan kata Vaprakecvara. Seorang arkeolog bernama Ny. Sulaiman mengatakan bahwa kata Vaprakecvara diartikan sebagai lapangan luas tempat pemujaan. Kata Vaprakecvara itu dihubungkan dengan dewa Siwa. Dengan demikian, dapat dipastikan bahwa masyarakat Kutai memeluk agama Siwa. Hal ini di dukung oleh beberapa faktor sebagai berikut:
Ø  Besarnya kerajaan Pallawa yang beragama Siwa menyebabkan agama Siwa terkenel di Kutai
Ø  Besarnya peranan para Brahmana di Kutai menunjukkan besarnya pengaruh Brahmana dalam agama Siwa, terutama dalam upacara korban.
C. PENUTUP
Kerajaan Kutai meruapakan kerajaan bercorak Hindu di Nusantara yang memiliki bukti tertua dalam sejarah Indonesia. Kerajaan Kutai berdiri kira-kira pada abad ke-4 M, kerajaan ini terletak di Muara Kaman, Kalimantan Timur, tepatnya di hulu Sungai Mahakam.
Bukti tentang keberadaan kerajaan Kutai tercantum dalam Prasasti yang berhasil ditemukan di Kutai, tepatnya di Kalimantan Timur, di hulu Sungai Mahakam. Dalam prasasti tersebut dijelaskan tentang siapa-siapa saja yang penah berkuasa di dalam kerajaan Kutai tersebut. Para Raja yang perna memimpin Kutai adalah Raja Kudungga, Raja Aswawarman, Raja Mulawarman.












DAFTAR PUSTAKA
Badrika, I Wayan. Sejarah Nasional Indonesia Dan Umum. Jakarta: Erlangga. 2000
Soekmono. Pengantar Sejarah Indonesia 2. Jakarta: Kanisus. 1973
http//www. Sejarah Kerajaan Kutai di Indonesia. Htm (Selasa, 4 okt 2011)
http//www. Kerajaan Kutai Wikipedia Bahasa Indonesia, Ensiklopedia Bebas Mozilla Firefox (Selasa, 4 okt 2011)
http//www. Pengaruh Budaya India di Indonesia. Htm (Minggu, 23 okt 2011)


[1] http//www. Pengaruh Budaya India di Indonesia. Htm (Minggu, 23 okt 2011)

[2] Soekmono. Pengantar Sejarah Indonesia 2. (Jakarta: Kanisus. 1973) hal: 35

[3] http//www. Sejarah Kerajaan Kutai di Indonesia. Htm (Selasa, 4 okt 2011)

[4] I Wayan, Badrika. Sejarah Nasional Indonesia Dan Umum. (Jakarta: Erlangga. 2000) hal: 134
[5] http//www. Sejarah Kerajaan Kutai di Indonesia. Htm (Selasa, 4 okt 2011)

[6] Opcit, hal: 135

PENULISAN SEJARAH ISLAM MASA KLASIK

PENULISAN SEJARAH ISLAM MASA KLASIK

BAB I
PENDAHULUAN
Bangsa Arab sebagai sebuah bangsa yang terkenal dengan kemampuan yang luarbiasa dalam menggubah sya’ir, dan sya’ir-sya’ir mereka diperlombakan, kemudianpemenang dari perlombaan tersebut akan mendapatkan penghormatan dengandigantungnya karya yang telah dihasilkan pada dinding Ka’bah. Melalui tradisi sastra inilahdiketahui beberapa peristiwa-peristiwa besar yang pernah terjadi. dan nilai-nilai yangmeyertai peristiwa penting itu juga mereka abadikan melalui kisah, dongeng, nasab,nyanyian, sya’ir dan sebagainya.
Demikian juga dengan para sejarawannya, mereka berusaha merekam setiapperistiwa penting yang terjadi, dan mereka senantiasa eksis dengan masalah-masalahrelevan untuk dikaji yang mereka suguhkan. Karena itu mempelajari, menelaah danmerenungkan masalah-masalah yang mereka kemukakan tetap urgen terutama dalamrangka menanggulangi problem nyata yang kita hadapi. Ide-ide para sejarawan dan pemikir muslim, seperti, Ibnu Ishaq, at-Thobari, al Mas’udi, al-Biruni dan Ibnu Khaldun, serta parasejarawan lainnya. Pemikiran mereka dengan konpleksitasnya telah berusia berabad-abad, namun tetap saja eksis untuk dikaji dan diteliti, maka dalam makalah ini, penulis akan fokus membahas Penulisan Sejarah Islam Klasik.
BAB II
PEMBAHASAN
A.        A.    Sejarawan Muslim Era Klasik dan Pertengahan
a.      Al Thabari
Nama lengkapnya adalah Abu Ja’far Muhammad Ibn Jarir At Thobari. Kahirdi Amul, Tharabaristan tahun 224 H/839 M dan wafat di Baghdad tahun 310 H/923M.Ia adalah seorang sejarawan besar, ensiklopedis, ahli tafsir, ahli Qiroat, ahlihadits dan ahli fiqih. Pada usia tujuh tahun ia telah hafal al Qur’an.
Metode Sejarah At Thabari[1]
1.                     informasi yang disampaikannya senantiasabersandar pada riwayat, setiap informasi yang disajikannya di dalam kitab sejarhnya disandarkan kepada para perawi. Dia berpendapat bahwa sejarawan tidak otentik apabila hanya bersandar kepada logika dan kias. Karena disandarkan hanya kepada perawinya, maka di dalam kitabnya ini banyak ditemukan informasi yang berbeda-beda tentang peristiwa-peristiwa yang sama. Dalam hal ini al-Thabari sendiri membiarkan para pembaca untuk menyeleksi, menilai, dan memilih-milih informasi yang disajikan.
2.                     menyebtkan sanad hingga sampai pada tangan pertama, sebagaimana yang dilakukan oleh para ahli hadist dalam meriwayatkan hadist-hadist Rosulullah saw
3.                     sistematika penulisan sejarahnya sesuai kronologisnya (menggunakan metodehauliyat).
4.                     informasi sejarah yang tidak diketahui tahunnya ditulisnya dengan menggunakanmaudhui (tematik)
5.                     menyajikan teks-teks sastra seperti syait dan pidato
b.      Al Mas’udi
Nama lengkapnya adalah Abu Hasan Ali Ibn Husayn Ibn Ali. Ia adalahsejarawan dan ahli geografi, ahli geologi, ahli zoologi, ilmu kalam dan sebagainya.
Dalam penulisan sejarah[2] dimasanya yang mayoritas menggunakanpendekatan tahun, justru al Mas’udi telah menggunakan pendekatan tematik. Tematemanyabertolak dari :
1.      bangsa-bangsa
2.      raja-raja
3.      dinasti-dinasti.
Dalam pemaparan sejarah ia menyajikannya dengan sangat menarik, diramudengan peristiwa-peristiwa politik, peperangan dan informasi tentang masyarakat danadat istiadanya. Disamping pembahasan geografis yang bernilai tinggi. Dalam halgeografis ini banyak sejarawan yang mengikuti langkahnya termasuk Ibnu Khaldun[3].
c.       Al Biruni
Nama lengkapnya adalah Abu Rayhan Muhammad bin Ahmad al Biruni alKhawarizmi. Lahir di Khawarizm, turkmenia pada tahun 363 H dan wafat di Ghaznapada tahun 448 H. Pada masanya ia termasuk ulam besar yang menguasai ilmu-ilmusejarah, matematika, fisika, ilmu falak, kedokteran, ilmu-ilmu bahasa, geologi,geografi dan filsafat[4].
Dalam penulisan sejarah[5], ia memulainya dengan :
1.      wawancara terhadap ahlul kitab, penganut sekte-sektenya dan orang-orang yangmemiliki pengetahuan tentang masalah yang diteliti.
2.      jawaban dari wawancara yang diadakan dijadikan sebagai dasar pertama
3.      hasil wawancara dibandingkan antara satu dengan wawancara yang lain
4.      lalu dengan kekuatan rasio maka diadakanlah kritik sehingga dapat diketahui yangmana yang benar dan yang mana yang diragukan kebenarannya.
Cara ini diakui oleh al Biruni adalah jalan yang sulit, apalagi jika yangditeliti berkenaan dengan zaman yang sudah lama berlalu. Ia berkata ”jalan yang sayatempuh dalam penelitian untuk ini bukanlah dekat dari sumbernya, sehingga karenademikian jauh dan sulitnya, bisa jadi tidak mencapai sasaran. Apalagi informasi yangsaya terima sdah bercampur dengan kebathilan yang sangat banyak. Namun, sejauhyang dapat dikerjakan adalah menganggap informasi tertentu sebagai informasi yangbenar, apabila tidak ada bukti langsung (syawahid) ata tidak langsung (Qorinah)bahwa informasi itu salah.
d.      Ibnu Khaldun
Nama lengkapnya adalah Abd al-Rahman ibn Muhammad ibn Muhammad ibn AbiBakr Muhammad ibn al-Hasan Ibn Khaldun. Lahir pada 27 Mei 1332 di Tunisia danmeninggal 17 Maret 1406 di Kairo, Mesir[6].
Kondisi Masyarakat Islam Masa Ibnu Khaldun
Era Ibnu Khaldun hidup dipandang dari segi sejarah Islam adalah era kemundurandan perpecahan. Beberapa abad sebelumnya semenjak abad ke-8 sampai sekitar abad 12dan 13, Arab pernah dijuluki “mukjizat Arab”[7]. Tokoh Ibnu Khaldun digambarkan sebagaitokoh budaya Arab-Islam yang paling kuat dimasa kemundurannya.
Dimasa hidup Ibnu Khaldun, di Afrika Utara bagian Barat tepatnya Maghrib, tempat Beliau lahir dan malang melintang dalam bidang politik aktif terdapat tiga buahnegara yang selalu berperang antar sesamanya.masing-masing berusaha menghancurkanpihak lain. Ketika itu perpindahan loyalitas dari negara Islam yang satu kepada negaraIslam yang lain tidak diangggap sebagai hal yang luar biasa. Hal yang demikianmenimbulkan penafsiran pada sebagian pemerhati politik Ibnu Khaldun bahwa ia tidakmengenal loyalitas dan bersifat sangat oportunis.
Sementara itu Di Eropa telah tanpak tanda-tanda perubahan dan kebangkitan, suatusuasana yang bisa langsung dirasakan oleh Ibnu Khaldun sendiri. Abad ke-13 di Eropadidominasi para pemikir konstruktif positif, masa para ahli teologi dan filosof spekulatif.Saling kritik dalam sebuah masalah menjadi sebuah fenomena baru yangmembangun, meskipun demikian mereka tetap menerima prinsip-prinsip metafisis yangmendasar. Mereka juga mempercaya bahwa otak manusia memiliki kemampuan untukmelampaui dunia fenomena ini dan mencapai kebenaran metafisis. Karena itu abad ke-13itu juga merupakan abad yang sangat menonjol dibidang intelektual, karena di waktu itudisadari adanya sintesa antara rasio dan keyakinan atau antara filsafat dan teologi.
Pada abad ke-14, di Barat terjadi kecendrungan kuat kalangan penguasa sipil untukmenegaskan kemandiriannya dari Gereja. Dari abad inilah dimulainya sejarah timbulnyanegara-negara nasional yang kuat yang kemudian menjadi ciri yang sangat penting daribentuk negara di Eropa setelah masa abad pertengahan. Proses sentralisasi kekuasaan itudipercepat juga oleh peristiwa pengasingan para Paus yang berasa di Avignon antara tahun1305-1377.
Jadi, apabila abad ke-13 digambarkan sebagai abad pemikir kreatif dan orisinal,maka abad ke-14 adalah abad timbulnya berbagai mazhab yang saling berbeda pendapat.Sedangkan dipandang dari segi kehidupan universitas, terutama di Paris merupakan abadberkembangnya sains.Ibnu Khaldun sendiri telah menyadari fenomena ini, dalam al-Muqoddimah, Beliaumenulis:
Demikianlah dimasa sekarang ini telah sampai berita-berita kepada kami bahwailmu-ilmu filsafat ini telah mengalami kemajuan yang pesat di negeri Franka(Ifranjah), di tanah Roma dan daerah-daerah bagian utara yang berdekatandengannya. Teori-teoraninya telah diperbaharui kembali, tempat-tempatmempelajarinya banyak sekali, buku-buku serba mencakup dan dan terdapat dalamjumlah yang memadai, sedangkan orang-orang yang mempelajarinya juga sangatbanyak jumlahnya. Hanya Tuhanlah yang lebih tahu tentang apa sebenarnya yangsedang terjadi. Ia menciptakan dan memilih apa saja yang dikehendaki-Nya.
Sementara Di Afrika Utara kampung halaman Ibnu Khaldun dibesarkan, terjadiperkembangan politik yang sangat pesat. Ketika itu Imperium al-Muwahhidun baru sajapecah dan berdirilah sejumlah negara-negara kecil, Di Tunis terdapat Emirat Bani Hafs(1228-1574). Di Tlemsen dan Di Barbaria Tengah berdiri Emirat Bani Wad. Di Marokoterdapat kerajaan Bani Marin (1269-1420). Di Mesir Mamluk tengah berkuasa (1250-1517), pada masa itu juga terdapat Imperium Timurlane yang usianya dan masa hidupnyahampir sama dengan Ibnu Khaldun. Mereka sempat bertemu pada tahun 1401 di luardinding kota Damaskus. Suatu pertemuan yang sangat bersejarah.
Di Iran masa Ibnu Khaldun adalah sama dengan seorang penyair dari Syiraz (1320-1389), demikian juga seorang ahli sejarah yang bernama Nizamuddin Syami, yang pernah menulis tentang sejarah pemerintahan Timurlane pada tahun 1401. selain mereka, IbnuKhaldun menulis beberapa nama penulis Arab diantaranya: Ibnu Battuta yang tak pernahbertemu (1304-1369), demikian juga seorang ahli Ilmu Bumi, Umary (1349)- Mesir dariSuriah, dan al-Maqrizi mendapatkan kesempatan duduk dalam kelas yang diajar oleh IbnuKhaldun di al Azahar.
Metode Sejarah Ibnu Khaldun
Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh seorang sejarawan dan sebab-sebabkesalahan dalam penulisan sejarah.
a.       Syarat-Syarat Yang Harus Dipenuhi Oleh Seorang Sejarawan
1.                       memiliki pengetahuan tentang prinsip-prinsip politik, watak segala yang ada, perbedaan bangsa-bangsa, tempat-tempat dan priode-priode dalam hubungannya dengan sistem kehidupan, nilai-nilai akhlak, kebiasaan, sekte-sekte, mazhab-mazhab, dan segala ihwal lainnya. Selanjutnya iapun perlu memiliki pengetahuan tentang situasi-situasi dan kondisi mendatang dalam semua aspeknya.
2.                       harus mampu mmbandingkan kesamaan dan perbedaan kini dengan masa lalu.
3.                       harus mampu mengetahui keadaan dan sejarah orangorang yang mendukung suatu peristiwa.
b.      Sebab-Sebab Kesalahan Dalam Penulisan Sejarah
1.      keberpihakan terhadap suatu pihak atau kepercayaan
2.      terlalu percaya kepada penutur tanpa dilakukan ta’dil dan tarjih
3.      tidak sanggup memahami hakikat dari sebuah peristiwa (maksud sebenarnyadari sebuah informasi)
4.      memutlakkan sebuah kebenaran
5.      tidak mampu menempatkan sebuah peristiwa dalam hubungannya denganperistiwa-perostiwa yang sebenarnya
6.      adanya latar belakang kepentingan
7.      tidak memahami hukum-hukum, watak dan perubahan masyarakat
8.      kesalahan dalam memahami sebuah berita/informasi
9.      Menganalogikan secara mutlak masa lalu dengan masa kini.
BAB II
KESIMPULAN
Dari pembahasan makalah di atas dapat penulis simpulkan bahwa penulisan sejarah Islam Kelasik tidak lepas dari para tokoh Muslim pada zamannya seperti:
a.                        Al-Thabari yang mengagas metode sejarahnya yang berdasarkan kepada riwayat, sangat memperhatikan sanad, sistematika penulisan bersifat kronologi berdasarkan tahun, informasi yang umum, menyajikan teks-teks sastra, dan karyanya berupa kitab Tarikh al-Umam wa al-Muluk.
b.                       Al-Mas’udi Dalam penulisan sejarah dimasanya yang mayoritas menggunakan pendekatan tahun, justru al Mas’udi telah menggunakan pendekatan tematik. Tematemanya bertolak dari :bangsa-bangsa, raja-raja, dinasti-dinasti.Dalam pemaparan sejarah ia menyajikannya dengan sangat menarik, diramu dengan peristiwa-peristiwa politik, peperangan dan informasi tentang masyarakat dan adat istiadanya. Disamping pembahasan geografis yang bernilai tinggi.
c.                        Al-Biruni, Dalam penulisan sejarah, ia memulainya dengan :wawancara terhadap ahlul kitab, penganut sekte-sektenya dan orang-orang yangmemiliki pengetahuan tentang masalah yang diteliti, jawaban dari wawancara yang diadakan dijadikan sebagai dasar pertama, hasil wawancara dibandingkan antara satu dengan wawancara yang lain
d.                       Ibn Khaldun
Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh seorang sejarawan dan sebab-sebab kesalahan dalam penulisan sejarah.
a.      Syarat-Syarat Yang Harus Dipenuhi Oleh Seorang Sejarawan
1.      memiliki pengetahuan tentang prinsip-prinsip politik, watak segala yang ada, perbedaan bangsa-bangsa, tempat-tempat dan priode-priode dalam hubungannya dengan sistem kehidupan, nilai-nilai akhlak, kebiasaan, sekte-sekte, mazhab-mazhab, dan segala ihwal lainnya. Selanjutnya iapun perlu memiliki pengetahuan tentang situasi-situasi dan kondisi mendatang dalam semua aspeknya.
2.      harus mampu mmbandingkan kesamaan dan perbedaan kini dengan masa lalu.
3.      harus mampu mengetahui keadaan dan sejarah orangorang yang mendukung suatu peristiwa.
b.      Sebab-Sebab Kesalahan Dalam Penulisan Sejarah
1.      keberpihakan terhadap suatu pihak atau kepercayaan
2.      terlalu percaya kepada penutur tanpa dilakukan ta’dil dan tarjih
3.      tidak sanggup memahami hakikat dari sebuah peristiwa (maksud sebenarnyadari sebuah informasi)
4.      memutlakkan sebuah kebenaran
5.      tidak mampu menempatkan sebuah peristiwa dalam hubungannya denganperistiwa-perostiwa yang sebenarnya
6.      adanya latar belakang kepentingan
7.      tidak memahami hukum-hukum, watak dan perubahan masyarakat
8.      kesalahan dalam memahami sebuah berita/informasi
9.      Menganalogikan secara mutlak masa lalu dengan masa kini.
DAFTAR  PUSTAKA 
Abdullah, Taufik dan Abdurrachman Surjomiharjo, 1985. Ilmu Sejarah dan Historiografi: Arabdan Perspektif, Jakarta : PT Gramedia.
Zainuddin, A. Rahman, Kekuasaan dan Negara, Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. 1992.
Yatim, Badri,1997. Historiografi Islam, Jakarta : Logos.
Umar, A. Mu’in, 1977. Pengantar Historiografi Islam, Jakarta: Bulan Bintang.
Ibnu Khaldun, 2000. Muqaddimah, Terj. Ahmadie Thoha, Jakarta: Pustaka Firdaus.
Hasan Mu'arif Ambari, 1996. Ensiklopedi Islam, Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve.
Al-Qaradhawi, Yusuf, 2005. Distorsi Sejarah Islam. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.

[1] Yatim, Badri, 1997. Historiografi Islam, (Jakarta : Logos), hlm, 113.
[2]Diantara karya-karyanya adalah : (1) Dzakhair Al Ulum Wa Ma Kana Fi Sair Ad Duhur, (2) Al Istidzkar Lima Marra Fi Salaf Al Amar, (3) Tarikh Fi Akhbar Al Umam Min Al Arab Wa Al Ajam, (4) Akhbar Al Zaman Wa Man Abadahu Al Hadsan Min Al Mam Al Madhiyah Wa Ajyal Al Haliyah Wa Al Mamalik Al Dairah. (5) Al Wasith (6) Muruj Az Zahab Wa Al Maadin (7) At Tanbih Wa Al Isyraf (8) Al Shofwah Fi Al Imamah (9) Al Istinshar, Dll
[3]Hasan Mu'arif Ambari, Ensiklopedi Islam, (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 1996), hlm. 47.
[4]Yatim, Badri, 1997. Historiografi Islam, Jakarta : Logos, hal. 130.
[5]Diantara karya-karyanya yang bisa dikategorikan sebagai buku sejarah adalah : (1) Al Atsar Al Baqiyah An Al Qurun Al Kholiyah (2) Tahqiq Maali Al Hind Min Maqulah Maqbulah Fi Al Aqli Al Ma’zulah.
[6]Ibnu Khaldun, Muqaddimah, Terj. Ahmadie Thoha, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2000), hlm. 12.
[7]A. Rahman Zainuddin, Kekuasaan dan Negara, Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. 1992 . hal. 24