MAKALAH
FILOLOGI
Tentang
SEJARAH DAN PERKEMBANGAN FILOLOGI
Oleh:
Elvi Susanti : 110.066
Efrina yenti : 110.
Gimin saputra : 110.
Muhammad kadrI : 110.
JURUSAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM (A)
FAKULTAS ADAB
IAIN IMAM BONJOLPADANG
1432 H / 2011 M
PENDAHULUAN
Makalah
tentang sejarah dan perkembangan filologi merupakan salah satu wacana untuk
mengetahui lebih mendalami bagaimana awal munculnya filologi. Filologi
merupakan ilmu yang membicarakan tentang penaskahan. Awal munculnya filologi
adalah di iskandariah, sebuah negara di eropa. Ahli filolog mencoba mengkaji
kembali ilmu pengetahuan pada masa peradaban yunani dan romawi. Adapun objek
kajian dari filologi berupa naskah dan teks.
Tujuan
yang ingin dicapai dari pembuatan makalah ini adalah untuk memahami:
1.
Sejarah dan
perkembangan filologi periode yunani kuno
2.
Periode romawi (barat
dan timur)
3.
Periode renaisans
4.
Periode arab
(perkembangan islam)
5.
Periode nusantara
Pembahasan
tentang sejarah dan perkembangan filologi dari berbagai periode diatas akan
penulis paparkan pada bab selanjutnya.
SEJARAH DAN
PERKEMBANGAN FILOLOGI
Oleh
: Gimin Saputra
1.
Periode Yunani Kuno
Awal kegiatan filologi di kota Iskandaria oleh bangsa
Yunani pada abad ke-3 SM. dengan membaca naskah Yunani lama yang mulai ditulis
pada abad ke-8 SM. dalam huruf Yunani kuno (Huruf bangsa Funisia). Naskah itu
berkali-kali disalin sehingga mengalami perubahan dari bentuk aslinya. Para
penggarap naskah-naskah itu dikenal dengan ahli filologi, di cetus oleh
Eratosthenes. Para ahli filologi memiliki ilmu yang luas karena dalam memahami
isi naskah perlu mengetahui huruf, bahasa, dan ilmu yang dikandungnya. Dan
kemudian menuliskannnya kembali sehingga dapat diketahui oleh masyarakat pada
waktu itu. Metode yang digunakan untuk menelaah naskah dikenal dengan ilmu
filologi. Metode taraf awal berkembang dari abad ke abad hingga kini. Para ahli
menguasai ilmu dan kebudayaan Yunani lama yang dikenal dengan aliran
Iskandariyah. Naskah yang ditulis oleh para budak belian yang diperdagangkan di
sekitar laut tengah ini bertujuan untuk kegiatan perdagangan. Namun sering
terjadi penyimpangan karena tidak memiliki kesadaran terhadap nilai keotentikan
naskah lama. Oleh karena itu perlu adanya perbaikan yang mesti dilakukan oleh
ahli filologi. Kerusakan atau kekorupan bahasa terjadi karena ketidaksengajaan,
bukan ahli dalam ilmu yang ditulis, atau karena keteledoran penyalin.
Sesudah Iskandariyah jatuh ke dalam kekuasaan Romawi,
kegiatan filologi berpindah ke Eropa selatan, berpusat di kota Roma dengan
melanjutkan filologi Yunani (meneruskan mazhab Iskandariyah) yang tetap menjadi
bahan telaah utama dan bahasa Yunani tetap digunakan. Pada abad ke-1
perkembangan tradisi berupa pembuatan resensi terhadap naskah berkelanjutan
hingga pecahnya kerajaan Romawi pada abad ke-4 menjadi kerajaan Romawi Barat
dan Romawi Timur. Dan mempengaruhi perkembangan filologi selanjutnya.
2. Periode
Romawi (Barat dan Timur)
a.
Filologi di Romawi Barat
Penggarapan di arahkan kepada naskah-naskah dalam bahasa
latin yang berupa puisi dan prosa, antara lain karya cicero dan varro. sejak abad ke-3 telah digarap secara filologi.
Bahasa latin menjadi bahasa ilmu pengetahuan. Adapun telaah naskah keagamaan
yang dilakukan oleh pendeta dan berakibat pada naskah Yunani yang mulai
ditinggalkan, bahkan dipandang naskah yang berisikan paham jahiliyah sehingga
terjadi kemunduran.
b.
Filologi di Romawi Timur
Telah muncul pusat-pusat teks Yunani, misalnya di Antioch,
Athena, Iskandariyah, Beirut, Konstaninopel, dan Gaza. Selanjutnya berkembang
menjadi perguruan tinggi. Dalam periode itu mulailah muncul tafsir pada tepi
halaman naskah, disebut dengan scholia.
3. Periode
Renaisans
Istilah renaisans mulai dipakai dengan pengertian perubahan
dalam lapangan sejarah kebudayaan mengenai tanggapan hidup serta peralihan dari
zaman pertengahan ke zaman baru.
Renaisans di mulai dari Italia pada abad ke-13, menyebar ke
negara Eropa lainnya dan berakhir pada abad ke-16. Dalam arti sempit renaisans
adalah periode yang di dalamnya kebudayaan klasik diambil lagi sebagai pedoman
hidup. Dan dalam arti luas adalah periode yang di dalamnya rakyat cenderung
kepada dunia Yunani klasik atau kepada aliran humanisme. Pada abad ke-15
jatuhnya kerajaan Romawi Timur ke tangan bangsa Turki dan ahli filologi
berpindah ke Eropa Selatan (Roma). Penemuan mesin cetak di Gitenberg (Jerman)
menyebabkan perkembangan baru dalam bidang filologi. Di Eropa, filologi
diterapkan untuk telaah naskah lama nonklasik. Abad ke-19 ilmu bahasa atau
linguistik berkembang menjadi ilmu yag berdiri sendiri, terpisah dari ilmu
filologi. Pada abad ke-20 pengertian filologi di Eropa daratan tetap seperti
semula ialah telaah teks klasik, sedangkan di kawasan Angio-Sakson berubah
menjadi linguistik.
Zaman renainsan yang menimbulkan faham humanism
membawa angin baru bagi penelitian filologi dan ilmu bahasa. Renainsance lahir
pada abad ke-13 di Italia, namun baru mencapai puncaknya pada abad ke-16 dengan
munculnya paham “Humanisme”. Renainsance ingin kembali mempelajari zaman kuno
dan mengetahui perkembangan yang terjadi pada zaman klasik. Dalam zaman humanism,
pengetahuan bahasa klasik, terutama bahasa Yunani hidup kembali, sebaliknya
bahasa Latin mulai mundur.
4. Periode
Arab (Perkembangan Islam)
Sejak abad ke-4 kota di Timur Tengah memiliki pusat studi
berbagai ilmu pengetahuan yang berasal dari Yunani, seperti Gaza, Beirut,
Edessa, dan Antioch. Abad ke-5 dilanda perpecahan gereja maka para ahli
filologi berpindah ke kawasan Persia. Dalam lembaga ini naskah Yunani
diterjemahkan ke dalam bahasa Siria dan bahasa Arab. Kota Harra di Mesopotamia
pernah menjadi pusat studi naskah Yunani, penduduknya yaitu Sabean, suku yang
tergolong kuno dan mahir dalam bahasa Arab.
Zaman dinasi Abbasiyah, dalam pemerintahan khalifah Mansur
(754-775), Harun Alrasyid (786- 775), dan Makmun (809-833). Puncak perkembangan
ilmu pengetahuan Yunani ada dalam pemerintahan Makmun.
Sebelum kedatangan agama Islam Persia dan Arab memiliki
karya yang terbilang mengagumkan misalnya Mu’allaqat dan Qasidah. Kegiatan
meluas ke kawasan luar Negara Arab setelah Islam berkembang serta mistik Islam
berkembang dengan maju di Persia, abad ke-10 hingga abad ke-11. Meluasnya
kekuasaan dinasti Umayah ke Spanyol dan Andalusia pada abad ke-8 hingga abad
ke-15 menyebabkan ilmu pengetahuan Yunani yang telah diserap oleh bangsa Arab
kembali masuk ke Eropa dengan baju Islam. Abad ke-17 telaah teks klasik Arab
dan Persia di eropa telah dipandang mantap, di Cambridge dan Oxford. Dan abad
ke-18 didirikan pusat studi kebudayaan ketimuran oleh Sivester de Sacy dengan
nama Ecole des Langues Orientales Vivantes. Sehingga lahirlah ahli orientalis
Eropa, yaitu Etienne Qutremere (1782-1857), De Slane, De Sacy (bapak para
orientalis di Eropa).
5. Periode
Nusantara
Kawasan Nusantara terbagi dalam banya
kelompok etnis, memiliki bentuk kebudayaan khas, tanpa meninggalkan sifat kekhasan
budaya Nusantara.
a.
Naskah Nusantara dan Para Pedagang
Barat Hasrat mengkaji naskah Nusantara timbul dengan kehadiran bangsa barat
abad ke-16. Yang mengetahui pertama naskah lama adalah para pedagang. Dan
maraknya perdagangan naskah kuno. Peter Floris dan Pieter Wilemsz van el binck
adalah seseorang bergerak dalam perdaangan naskah kuno. Di zaman VOC usaha
mempelajari bahasa-bahasa Nusantara hampir terbatas pada bahasa Melayu.
(Yudiafi dan Mu’jizah, 2001: 2.18).
b.
Telaah Naskah Nusantara oleh Para
Penginjil Sesuai dengan teori filologi, sastra lisan termasuk kajian filologi,
maka diantara penginjil ada yang mengkaji sastra lisan daerah yang
didatanginya, karena kelompok etnis belum mengenal huruf sehingga budayanya
masih disimpan dalam sastra lisan, seperti daerah Toraja oleh. N. Adriani dan
Kruijt.
c.
Kegiatan Filologi terhadap Naskah
Nusantara Kehadiran NBG ke Indonesia mendorong tumbuhnya kegiatan untuk
meneliti naskah-nasah Nusantara. Minat itupuun timbul pada para tenaga Belanda
dan Inggris. Kajian ahli filologi bertujuan untuk menyunting, membahas serta
menganalisis isinya dengan menggunakan metode intuitif atau diplomatik.
Perkembangan selanjutnya disunting dalam
bentuk transliterasi huruf Latin dan berkembang lagi dalam bentuk bahasa asing
terutama bahasa Belanda. Adanya telaah naskah untuk tujuan pembahasan isinya,
yang ditinjau dari berbagai disiplin.
Kegiatan filologi terhadap naskah
Nusantara, mendorong berbagai kegiatan ilmiah, terutama dimanfaatkan oleh
disiplin humaniora dan disiplin ilmu-ilmu social. Semua kegiatan itu telah
memenuhi tujuan filologi, ialah melalui telaah naskah-naskah dapat membuka
kebudayaan bangsa dan telaah mengangkat nili-nilai luhur yang tersimpan di
dalamnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar