LAPAORAN
AKHIR MATA KULIAH HISTORIOGRAFI ISLAM
Tentang
FILEM
DI BAWAH LINDUNGAN KA’BAH
Oleh:
GIMIN
SAPUTRA
Bp
: 110.084
Dosen;
Drs. Muhapril Musri, M.Ag.
Dra. Yulnizar, M.Ag.
JURUSAN
SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM
FAKULTAS
ADAB
INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
IMAM
BONJOL PADANG
1433
H/ 2012 M
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan
kepada Allah SWT yang telah memberikan kesehatan dan waktu untuk menulis
laporan mengenai Di Bawah Lindungan Ka’bah hingga selesai. Shalawat dan salam
penulis ucapakan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah memberi cahaya kehidupan
dari kehidupan yang gelap seperti yang dirasakan saat ini.
Laporan ini ditulis sebagai syarat
dari mata kuliah Historiografi Islam yang merupkan salah satu mata kuliah pokok
dari jurusan Sejarah Kebudayaan Islam fakultas ADAB IAIN Imam Bonjol Padang.
Laporan ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran tertulis tentang apa-apa yang
dilihat setelah menonton (noton bersama) filem Di Bawah Lindungan Ka’bah ini.
Dalam pelaksnaan membuat laporan ini
penulis tidak mendapatkan bantuan dari pihak manapun. Baik itu bantuan secara
materil maupun bantuan dalam bentuk moril.
Muda-mudahan laporan yang saya tulis
ini bisa bermanfaat bagi semua pihak. Meski dalam penyelesaian laporan tentang
Di Bawah Lindungan Ka’bah ini masih terdapat bayak kesalahan dan kekurangan.
Oleh sebab itu penulis tidak bosan-bosannya menanpug kritikan dan saran dari
pihakl yang telah membaca laporan ini. Itu semua adalah untuk kemajuan dan
kebaikan dalam menulis laporan di masa yang akan datang.
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Pembuatan
laporan merupakan program dari fakultas ADAB IAIN Imam Bonjol Padang yang harus
di ikuti oleh mahasiswa jurusan Sejarah Kebudayaan Islam. Karena didalamnya
tercangkup Tri Dharma Perguruan Tinggi, yakni pendidikan, Penelitian, dan
Pengabdian.
Filem
Di Bawah Lindungan Ka’bah ini merupakan cerita novel yang dikarang oleh Buya
Hamka yang judulnya juga Di Bawah Lindungan Ka’bah yang terbit sekita tahun
1920 an yang kemudian di publiksikan dalam bentuk layar lebar (Filem). Karya
Hamka ini menceritakan tentang kisah cinta yang tak sampai antara Hamid dan
Zainab, yang mereka bawa sampai liang lahat.
Zainab,
bisa dibilang hidup dalam keluarga berkecukupan (cukup kaya, cukup terpandang) di
kampungnya, sementara Hamid dari keluarga menengah ke bawah, bahkan sang ibu
bekerja mengabdikan diri pada keluarga Zainab. Hamid yang cerdas, sudah
dianggap anak sendiri oleh Ayah Zainab, disekolahkan sampai lulus D3 di Tawalib
(satu perguruan tinggi tersohor saat itu).
Seperti
gayung bersambut, Hamid jatuh hati pada Zainab, begitu juga sebaliknya. Cinta
mereka tak bertepuk sebelah tangan. Tapi untuk bersatu, hidup menawarkan
perjuangan yang tak mudah. Alasan klise, tak sekufu di mata manusia, Zainab yang
kaya dan Hamid yang miskin.
Sedangkan
didalam filem Di bawah Lindungan Ka’bah yang berperan sebagai , Hamid (Junot)
dan Zaenab (Laudya Chintya Bella). Sedangkan ibu kandung Hamid (Jenny Rachman)
dan orang tua Zaenab, Haji Ja'far (Didi
Petet) dan nyonya Ja'far (Widyawati).
PEMBAHASAN
A.
Isi
Laporan Di Bawah Lindungan Ka’bah
Filem
di bawah lindungan ka’bah memang diangkat dari sebuah novel yang terkenal di
Indonesia yang dikarang oleh Buya Hamka yang menceritakan sebuah percintaan
dimasa itu yang terjadi di Ranah Minang. Kisah cinta diantara kedua inzan ini
(Hamid dan Zainab) merupakan kisah cinta yang tidak kesampaian karena dihalangi
oleh perbedaan yang tidak bisa menyatukan mereka. Meski demikian cinta diantara
mereka dibawah mati bagaikan Juluet dan Romeo yang saling cinta dan rela mati
bersama.
Memang
filem dibawah lindungan ka’bah merupakan filem yang bertemakan percintaan
Zainab dan Hamid yang terjadi pada tahun 1920 yang dikarang oleh Buya Hamka.
Meski demikian filem ini kalau dikaitkan dengan sejarah ada juga seperti yang
dilihat saat pertama kali yaitu kereta api pada tahun 1922 saat Hamid pulang
dari Thawalib. Secara sepintas kerata api itu memang kerata api yang terjadi
pada zaman Belanda yang menjajah Indonesia khususnya Sumatera Barat. Tidak
hanya itu saja didalam kareta itu juga terlihat secara pintas orang Belanda dan
keluarganya yang sedang membaca koran yang tujuannya juga ke Padang.
Begitu
juga saat Hamid masuk ketawalib yang menampilkan tokoh pembaharuan dalam Islam
yaitu KH. Ahmad Dhalan dan KH Agus Salim walau itu hanya sekilas saja. Tapi
sayang juga kalau peran mereka berdua hanya sedikit saja karena yang hanya
tampil untuk berfoto saja, sebagaimana yang kita ketahui mereka berdua adalah tokoh
muslim yang sangat berpengaruh dalam mengerakan Islam di Minang Kabau. Sebab
dikala itu merupakan masa penjajahn Belanda yang juga terjadi pemberontakan
Iman Bonjol dan di Silungkang. Sebaiknya berikanlah peran kedua tokoh tersebut
misalnya seperti apa yang dilakukannya pada saat itu. Tujuannya adalah untuk
menghargai jasa mereka sebagai pahlawan dalam negara ini. Tidak hanya sekilas
dan menumpang foto supaya terkenal dan foto sama artis muda saja.
Hubungan
filem ini mengenai kehidupan masyarakat pada itu juga sangat terasa dengan
hiasan lampu obor dimalam hari dengan suasana yang serba klasik membuat jiwa
seakan hidup ditahunan 1920. Tidak hanya itu Hamid pun selalu memakai tas yang
terbuat dari tumbuhan yang berduri (pandan) atau yang cara pembuatannya secara
anyaman yang kalau dikampung saya namanya adalah pekek kalumpuh. Cara Hamid
berpakain juga mengambarkan masa dahulu yang selalu pake kofiya (peci) dan
mengenakkan sarung. Namun lain halnya dengan para perempuannya saya rasa cara
berjilbabnya tidak sama dengan masa dahulu. Karena difilem itu mereka tidak
mengenakkan jilbab dengan benar dan bahkan sering dilepaskan bagaikan memakai
selendang saja.
Kalau
secara bergaul mereka memang sangat sopan dan saling mengahargai. Seperti
pepatah orang tua yang tua dihormati yang kecil disayangi sama besar dihargai
semua itu memang tercemin dalam filem lindungan kabah ini. Dapat dilihat saat
ketika Zainab yang dilarang ibunya untuk tidak menemi Hamid. Kepatuhan terhadap
orang tua yang sangat kuat pada zaman itu. Coba dibawah kesaman sekarang apa
yang akan terjadi kalau anaknya dilarang bertemu kekasihnya. Begitu juga Hamid
dan kawannya yang selalu membantu Hamid dalam kesusahan dan menjadi tempat
curhat Hamid. Temannya adalah bernama Saleh yang bahkan tempat Hamid mengirim
surat untuk Zainab. Saleh juga menggikuti jejak Hamid yang jatuh cinta terhadap
temannya Zainab yaitu Rosna yang cinta mereka itu hidup dan mereka menikah.
Zaman
klasik itu juga terlihat saat orang yang memiliki keinginan untuk belajar agama
sangat kuat yang rela meninggalkan kampungnya, orang tuanya, pacarnya dan
sahabatnya. Hal ini juga dilakukan didalam filem yang Hamid pergi belajar agama
ke Tawalib Padang Panjang yang pada saat itu sangat terkenal. Satu lagi hal yang
sangat memawa kita kezaman 1920 adalah dengan mengirim surat yang dilakukan
lelaki Minang yaitu dengan cara menaruh surat di atas sabut yang lalu
dihanyutkan. Ternyata itu cara lelaki Minang dahulu untuk mengirim SMS sama
pacarannya yang hal itu tidak mungkin lagi akan terjadi dizaman sekarang.
Didalam
karangan Buya Hamkah juga menunjukkan betapa kuatnya adat Sumatera Barat
terhadap hukum Islam dan itu sudah terlihat saat Hamid melakukan sesuatu yang
dilarang oleh agama Islam. Dengan perlakuan Hamid yang sedemikian terhadap
Zainab sehingga Hamid mendapat hukuman yang setimpal yaitu dibuangya Hamid dari
kampung. Untuk menyelesaikan permasalahan ini mereka itu juga berdebat dan
bermusyawara yang dilakukan disurau yang dilihat oleh orang sekampung yang dihadapkan
dengan para tertua kampung. Keadaan demikian membuat kita terpana dengan
kehidupan masa lalu yang selalu bermusyawara terhadap masalah yang akan
diselesaikan. Disini juga diterapkan hukum adat bukan hukum agama.
Memang
kalau kita lihat sutingan film dibawah lindungan ka’bah ini dari segi
arsitekturnya terlihat pada zamannya maupun suasananya dibuat seperti aslinya
seakan-akan kita dibawa bagaimana kita hidup di zaman itu. Adapun peninggalan
sejarah ketika itu yang ditampilkan seperti kincir air yang terdapat di Muaro
Labuah yang merupakan salah satu peninggalan belanda. Disamping itu juga
terlihat piring-piring yang bertuliskan aksara arab yang dipajang
didinding-dinding rumah. Kemudian dari segi pakaian sama persis ketika itu
bahkan kendaraan roda dua yang dipakai ketika itu oleh petugas maupun pak pos
menggunakan sepeda ontel.
Saat
Hamid dihadapkan dengan maslah yang sangat berat namun disitu Hamid tidak
sendirian. Karena ada ibu Hamid yang selalu sayang meski apapun yang terjadi
pada Hamid. Kesetian seorang ibu kepada anaknya dan rasa saayang terhadap
anaknya tidak akan hilang meski anaknya telah berbuat salah dalam bertingkah.
Bahkan sang ibu pun berkata "Ketika kau tak punya siapa-siapa kecuali
Allah, Allah itu lebih dari cukup," yang itu juga tertuang dalam karangan
Hamkah.
Tapi
yang menjadi pertanyaan saja apakah benar Hamid melakukan hal demkian terhadap
Zainab (berciuman) yang dilakukannya didepan orang banyak yang sehingga Hamid
dibuang dari kampung. Itu mungkin sesuatu hal yang tidak sama di zaman sekarang
yang sang penolong dibuang dari kampung. hamid pun menerimanya denagan sabar.
Ketidak samaan itu juga terlihat saat Hamid dan Zainab berpacaran dibalik
dinding yang kelihatan tidak mungkin saja. Tidak hanya itu masak dalam masa
1920 an sudah ada Kacang Atom Garuda
dan Chocolatos sebagai makan ringan
atau untuk menanti tamu datang. Tidak
hanya itu sebab pada malam hari juga terlihat saat akan tidur yaitu Zainab
selalu membakar Baygon untuk membunuh
nyamuk itu membuat kita kembali kezaman yang modern.
Percintaan
Hamid dan Zainab memang tidaklah bisa menyatukan mereka hingga akhir nafas
mereka berdua. Karena disini disebabkan oleh perbedaan yang kaya dengan yang
miskin. Sebagaimana yang dikatakan ibu Hamid "Jangan kau turutkan hatimu.
Sampai kapanpun emas tak kan setara dengan loyang, sutra takkan sebangsa dengan
benang," Tidak hanya itu Hamid juga
pernah disuruh untuk membujuk Zainab menikah dengan orang yang tidak dia kenal
yang dalam filem itu bernama dengan Arifin (Ajun Perwira) anak dari Rustam
(Leroy Osmani), kerabat jauh Haji Ja'far agar hartanya terjaga. Hamid gagal
membujuk Zainab, karena Zainab menolak untuk dinikahkan. Hamid pulang dengan
perasaan yang kacau balau, sejak saat itu Hanid memutuskan untuk merantau, sebelum
pergi ia menulis surat untuk Zainab. Setelah itu mereka tiada berhubungan lagi,
dan sampai sekarang pun ia masih menyimpan perasaanya itu. Dan kedatangan Saleh
kemarin memberitahukan bahwa ternyata Zainab pun menyimpan perasaan yang sama,
perasaan yang selama ini disimpan oleh Hamid. Saleh memberitahukan bahwa
kesehatan Zainab memburuk dan ia ingin sekali tahu bagaimana kabar Hamid.
Setelah
Zainab mendengar keberadaan Hamid di Mekah, Ia pun mengirim surat kepada Hamid
sebagai balasan surat Hamid yang dulu. Seminggu setelah itu, Zainab pun
menghembuskan nafasnya. Hamid tidak mengetahui kematian Zainab karena pada saat
itu iapun sedang sakit, sehingga temannya tidak tega untuk memberitahukan kabar
tersebut. Ketika Hamid sedang melaksanakan tawaf dan mencium hajar aswad ia
berdoa dan menghembuskan nafas terakhirnya.
Jadi
hubungan dengan mata kuliah Historiogarfi ini adalah mengenai apa yang ditulis
oleh Buya Hamka dan yang sekarang yang ada juga dalam bentuk filem. Penulisan
yang dilakukan oleh Buya Hamka itu merupakan dalam bentuk sejarah dan yang
digabungkan dengan imajinasinya. Berangkat dari sejarah adalah dengan metode
pendidikan yang dijalani oleh Hamid di Tawalib yang dipelopori oleh KH Ahmad
Dhalan dan KH Agus Salim yang
mengabungkan budaya mondren yaitu belajar memakai bangku dan kursi yang
merupakan datangnya dari bangsa Eropa yang tempatnya didalam surau (Thawalib).
Sedangkan dari imajinasih dari Buya Hamka adalah mengenai kematian Hamid yang
terjadi dibawah ka’bah dan Zainab pun juga mati dikampung.
B.
Hikmah
Dan Pelajaran Dari Filem Di Bawah Lindungan Ka’bah
Adapun
hikmah dan pelajaran yang dapat saya ambil adalah sebagai berikut:
1. Dua orang yang berjodoh itu tidak
ditentukan sekufunya oleh manusia, tapi bagaimana Allah merestui.
2. Selesaikan masalah dalam
bermasyarakat dengan musyawarah. Untuk ketua (penentu keputusan), pertimbangkan
berbagai masukan dengan bijak, utamakan yang lebih membawa ketentraman dan
kebaikan bersama.
3. Melaksanakan keputusan musyawarah
dengan taat dan seoptimal mungkin, tapi tetap fleksibel dalam kondisi-kondisi
darurat.
4. Allah lebih dari cukup untuk
menemani dan membantu kita menghadapi setiap masalah dalam hidup. Maka dari
itu, jangan menyerah dan tenggelam dalam putus asa,
5. Kasih ibu sangat besar sepanjang
jalan yang dipijak oleh anak-anaknya. Ibu selalu mencintai, mendukung, dan
mendoakan anak-anaknya. Mintalah maaf dan restu ibu, kemanapun akan melangkah
dalam hidup,
6. Cinta sebesar apapun yang merajai
hati, kembalikan selalu pada Allah. Upayakan selalu berada di jalan yang
diridhoi-Nya. InsyaAllah, bertemu pada waktunya, dengan cara yang indah. Jika
tidak berjodoh, sebaliknya, pasti tak akan dipersatukan, meski cara apapun
diupayakan.
PENUTUP
Kesimpulan
Filem Di Bawah Lindungan Ka’bah
adalah mencerminkan dua inzan yang saling mencintai tanpa bertemu yang cintanya
itu dibawa sampai mati. Percintaan mereka seakan membawa kita kepada tahun 1920
an yang hanya pacaran dengan diam-diam tanpa bertemu secara lansung. Karena cinta
mereka dihalangi oleh perbedaan yang sangat jauh berbeda yaitu antara kehidupan
yang meskin dan yang kaya juga kasta yang tidak mungkin menyatukan mereka
berdua. Kalua pacaran pada masa Zainab dan Hamid dibawah kemasa sekarang itu
tidak mungkin lagi akan terjadi. Meski cinta mereka terhalang oleh perbedaan
dan terutama oleh orang tua dari Zainab tetapi Allah merestuinya yang akhirnya
cinta mereka berakhir dengan sampainya ajal yang memisahkan.
Pembuatan filem Di Bawah Lindungan
Ka’bah ini memang tidak mengubah alur cerita yang ada di novel karangan Buya
Hamka meski semuanya tidak akan sama saat ditampilkan dalam layar kaca (filem).
Itu terlihat saat Hamid melakukan keslahan yang dipandang dilarang oleh adat
Minang Kabau (menyentuh tubuh Zainab bahkan lebih). Di sini berlaku lah hukam
adat yang para tetua membuang Hamid dari kampung. Dengan lapang dada dan hati
sabar Hamid menerima hukumannya karena perbuatan yang dia perbuat meski
maksudnya adalah untk menyelamatkannya Zainab.
Suasana, tempat dan kedaan yang
dilayarkan pada filem Di Bawah Lindungan Ka’bah ini memang membawa kita pada
zaman dahulu (1920 an) dimana Zianab dan Hamib yang hidup pada masa itu.
Keadaan itu tercemin dengan mengirim surat melalui perahu sabut yang dari kulit
kelapa saat mereka main disungai (masa dahulu di Minang orang SMS kayak itu
ya). Itu terlihat juga saat pada malam hari yang dihiasi oleh lampu obor yang
terbuat dari bambu dan sabut membawa kita seaakan hidup pada masa era 1920 an
dan banyaka lagi yang lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar