DATUK TABANO
Kelahiran
Datuk Tabano
Datuk
Tabano adalah tokoh pejuang Kampar, yang nama kecilnya Gandulo dilahirkan
tahun 1869 disuatu kampung kecil bagian kehulu sungai Kampar kanan yaitu
kampung Uwai dikenegrian daerah Limo Koto Kampar, Ibunya berasal dari persukuan
Melayu Datuk Tuo. Gandulo kecil merupakan salah seorang murid pengajian surau
Jamiak, dikenal sebagai murid yang patuh dan berani.selain belajar mengaji
Gandulo juga mempelajari ilmu silat pendinding dari silat lahir maupun bathin
itu sebagai lazimnya pendidikan ketika itu.
Setelah
dewasa oleh Ninik Mamak suku Melayu Datuk Tua dengan kesepakatan kaum persukuan
dan setelah dikalikan dalam dan gantungkan tinggi serta ditua dicelakai, maka
dimufakati oleh kaum persukuan untuk mengangkat Gandulo menjadi Dubalang dari
Datuk Tuo dan diberi gelar Datuk Tabano.
Sebagai
Dubalang dari Datuk Tuo yang dalam pemerintahan adat kenegrian Bangkinang Datuk
Tuo merupakan pasak kunci Ninik Mamak dua belas penjaga parit perbatasan yang
memegang kekuasaan disaat negeri sedang rebut rampas, maka jiwa ksatria Tabano
sangatlah dituntut untuk mengamankan negerinya serta mengemban tugasnya Tuhan
maka kuasa telah memberikan takdir kepada Tabano yang mempunyai ilmu
kebal diri, dan memiliki rambut yang panjang, maka suatu ketika akan datang
marabahaya maka rambutnya yang panjang akan berdiri bagai diterbangkan angin,
maka Datuk Tabano dimasa hidupnya didampingi istrinya, yang juga mempunyai ilmu
pendiding diri bernama Halimah Siyam dikarunia dua orang anak masing masing
bernama Abdullah dan Habibah kesetian Halimah diabadikan hingga akhir ayat
Tabano.
Perlawanan Rakyat Limo Koto Menantang Belanda
Pada tahun 1895 karena daerah keadaan daerah perbatasan Pulau
Godang tidak aman lagi, maka diadakanlah musyawarah Datuk yang berlima dengan
mufakat untuk memperbuat pusat pertahanan rakyat Limo Koto dikandang haluan dan
polucuan tonggak, guna mempertahankan Limo Koto dari serbuan kompeni belanda
yang datang dari hulu. kedua pusat ketahanan benteng terletak ditepi sungai
kampar kandang haluan didekat batu dinding rantau berangin sedangkan pelocuan
tonggak didaerah pulau Ompek Kuok.
Pertengahan tahun 1895 dibenteng kandang kandang haluan
berkobarlah perang antara pasukan kompeni dengan pasukan rakyat Limo
Koto, lima buah perahu kompeni yang bersenjata lengkap dilumpuhkan
dibenteng kandang halauan, disaat pasukan kompeni memasuki kandang
perairan kandang haluan maka oleh pasukan rakyat dihujani dengan tembakan
mariam besi dari atas tebing yang mengakibatkan perahu kompeni tenggelam kedalam
komando Tabano.
Penyerangan
Ke Tambang Emas Pulau Godang
Sesuai dengan keputusan musyawarah dikota menanti dan setelah tiba waktu
ditentukan, pada tahun 1895 oleh Datuk yang berlima serta pendudkuk Limo Koto
diadakanlah acara pelepasan pasukan penduduk rakyat dari Bangkinang menuju
pulau godang dengan dipersenjatai mariam besi, senapan lantak, tombak dan
parang. dari Bangkinang pasukan bergerak melalui kampung Pulau Empat.
dipelucuan tongak pasukan yang dikemandoi Tabano bergabung dengan Dubalang
Pulau Empat dan Pulau Balai.
Pada malam harinya melalui jalan sungai Kampar dengan memudikinya pasukan
bergerak menuju daerah tambang, sesampai dimudik Rantau Berangin pasukan
kembali melalui jalan hutan dengan petunjuk jalan Tengku Daud Salim dan Marjan.
menjelang kokok ayam pasukan rakyat memasuki kawasan daerah tambang, para
pekerja tambang yang dalam kekelahan dan para serdadu yang sedang tertidur
pulas karena tidak mengira akan terjadi serangan tersebut akhirnya banyak yang
mati pimpinan tambang yang juga mengepalai kemponi belanda bernama “Clifford”
berhasil dibunuh oleh pasukan Datuk Tabano, berbagai persenjataan milik kompeni
berhasil dirampas oleh pasukan rakyat, satu pucuk senapan pistol milik Clifford
dibawa ke Bangkinang oleh pasukan rakyat Limo Koto sebagian kompeni yang masih
hidup melarikan diri kearah muara termasuk seorang nyai pendamping Clifford
yang menderita luka luka, nyai ini pulalah yang membawa berita sampai Kelima
Puluh Kota Payakumbuh, sedangkan di Limo Koto kabar kemenangan pasukan rakyat
disambut gembira oleh datuk yang berlima serta masyarakat limo koto,
penyambutan pasukan dirayakan dengan keramaian anak negeri serta acara dibalai
Kampung Godang.
Tambang
Emas Pulau Godang Berganti Pimpinan
Kabar penyerangan ke tambang emas Pulau Godang oleh rakyat Limo Koto dan
terbunuhnya Clifford sampai Keresiden Padang, menangapi peristiwa tersebut oleh
Residen dan Goverment Belanda yang diwakili Paulus dibentuk suatu team yang
dipimpin perwira belanda yang bernama Berenchat bertugas merebut limo Koto
Serta menangkap para pembunuh Clifford.
Tahun 1896 setelah menduduki jabatannya Berenchat melakukan berbagai taktik
untuk menguasai Limo Koto, serangan pancingan untuk mengukur kekuatan pasukan
rakyat dicoba Berenchat dengan memakai sedadu – serdadu belanda
hitam, namun disaat melewati pertahanan polucuan tonggak para serdadu yang
bergerak melalui sungai Kampar, maka Berenchat menjalankan taktik diam sambil
menyelidiki pasukan melalui spionase serta membujuk pemuka adat agar mau
bekerja sama dengan Belanda.
Utusan
Belanda Mendatangi Datuk Bandaro Sati
Ditahun 1898 pada suatu malam dua orang utusan belanda yaitu Datuk Indo Sampono
yang lebih dikenal sebagai Tuanku Laras serta Datuk Rajo Selo datang menemui
pucuk adat Datuk Bandaro Sati, setelah berbincang bincang Datuk Indo Sampono
mengutarakan maksudnya, bahwa kedatangannya sebagai uluran jari sambungan lidah
menyampaikan pesan yang dipikulkan belanda kepadanya, meminta Datuk Bandaro
Sati dan Datuk Tabano mau berkerja sama dengan belanda, mendengar hal tersebut
Datuk Bandaro Sati tersentak mendengarkan kata kata tersebut muka pucuk adat
tersebut merah padam bulu tangannya yang panjang berdiri namun kemarahan itu
cepat diredakannya, permintaan Indo Sampono ditolaknya, bekerja sama dengan
belanda sama dengan menjual bangsanya sendiri kepada penjajah baginya lebih
baik berlumur darah dari pada menyerah untuk bekerja sama dengan belanda.
Datuk
Bendaro Sati Memberi Kabar Kepada Datuk Tabano
Malam itu juga ditemani Tayib Datuk Bendaro Sati menemui Datuk Tabano
guna untuk menyampaikan bahwa ada dua orang utusan belanda yang datang
kepadanya untuk menawarkan bekerja sama dengan belanda dua orang itu tak
lain dan tak bukan aalah Datuk Indo Sampono dan Datuk Rajo Selo. Tetapi
Datuk Tabano balik bertanya kepada Datuk Bandaro Sati, bagaimana dengan sikap
datuk, Datuk Bandaro Sati lalu menjawab bahwa sikapnya sama dengan Datuk
Tabano, Terapung sama hanyut terendam sama basah setapak berpantang surut
melangkah berpantang mundur. Kemudian dijawab oleh Tabano “ benar tuk bahwa
sejengkal tanah Limo Koto takkan kita biarkan di sentuh oleh penjajah belanda,
lebih baik mati bercermin bangkai dari pada bekerja sama dengan kafir itu “
setelah berbincang panjang lebar akhirnya Datuk Bandaro Sati pamit pulang.
Ekspedisi
Ke V Belanda Memasuki Bangkinang
Pada
hari Senin tanggal 28 Agustus 1899 belanda berhasil menduduki Bangkinang,
penduduk yang tidak menduga kedatangan belanda merasa cemas dan ketakutan kemudian
berusaha menyingkir ke seberang Bangkinang sedangkan yang berada di pecan
Bangkinang diancam dengan senjata yang siap dimuntahkan untuk tidak melakukan
perlawanan beberapa orang kepala suku yang berada di pecan Bangkinang
berhasil mereka tangkap kemudian ditawan, termasuk Dubalang Jelo yang diduga
terlibat dalam pembunuhan Clifford. Kepala suku yang dicurigai malam itu
ditawan namun Datuk Bandaro Sati dan Datuk Tabano serta Seribu Garang tak
berhasil mereka tangkap sedangkan Marjan dan Tengku Daud Salim sudah menyingkir
lari ke hutan. Malam harinya ketika Belanda melakukan pemeriksaan tawanan
ternyata para pucuk pimpinan adat sudah tidak ada dan akhirnya malam itu
juga dibawah pimpinan Stain ditugaskan untuk menangkap pucuk adat Datuk Bandaro
Sati dan Datuk Tabano serta Tengku Daud Salim dan Marjan yang diduga sebagai
pemberontak yang telah membocorkan rahasia kompeni belanda di Pulang Godang.
Dengan petunjuk Datuk Indo Sapono serta Rajo Selo bergerak menuju kampung pulau
tempat kediaman Datuk Bandaro Sati.
Penangkapan
Datuk Bandaro Sati
Malam
itu Datuk Tabano mendapat pirasat, rambutnya yang panjang berdiri bagai
diterbangkan angin inti pertanda bagi dirinya bahwa akan datang cobaan yang
harus dihadapinya, matanya pada malam itu sulit dilelapkan, anaknya yang
bernama Habibah sebentar – sebentar menangis hal ini merupakan pertanda akan
ada sesuatu yang terjadi. Tabano duduk ditepi ranjang kemudia ditatapnya
anaknya yang bernama Abdullah yang sedang tertidur pulas, lalu terdengar
suara istrinya “ Kenapa belum tidur Tuk apa gerangan yang datuk pikirkan
“ lalu Datuk Tabano menjawab entahlah Halimah perasaan ku rasanya kurang
enak ulasnya kemudia Halimah berusaha menenagkan suaminya seraya berkata
serahkan saja semuanya kepada tuhan, kita harus bertawagkal kan Tuk,
tetapi malam ini aku berfirasat bahwa aku harus berjuang sampai titik darah
penghabisan kata Datuk Tabano. Sementara itu pasukan belanda tepatnya pada
pukul 05 pagi telah sampai ke halaman rumah Datuk Tabano, hal ini sangat
mengagetkan Datuk Tabano apalagi ditambahlagi dengan dilihatnya
orang yang selama ini menjadi pucuk adat melayu yakni Datuk Bandaro Sati
diseret secara keji dibawah ancaman senjata oleh pasukan belanda, lehernya
dijepit dengan bambu yang semakin banyak mengeluarkan darah.
Beberapa
orang prajurit yang bersenjata lengkap telah disiapkan didepan rumah
Datuk Tabano, oleh Stein untuk menyuruh Datuk Tabano untuk menyerahkan diri,
lalu terdengar suara Datuk Bandaro Sati “ Rang Kayo Datuk Tabano tiang
panjang dalam nagari sandi batu rumah nan gadang pelampung negeri Limo
Koto saya dipaksakan oleh Belanda menyuruh datuk untuk menyerahkan diri
jangan sampai melakukan perlawanan leher hamba di jepit dengan bambu tangan
diikat keduanya tidak kuasa melawan lagi, menyerahlah Datuk tengganglah kampung
dan halaman, tengganglah anak kemenakan penduduk Limo Koto jangan sampai
binasa air mata Datuk Bandaro Sati membasahi pipinya.
Perlawanan
Datuk Tabano Menantang Belanda
Datuk
Tabano yang dari tadi mendengar kata – kata Datuk Bandaro Sati
menyentak pedangnya wajahnya geram jiwanya memberontak seakan akan ditelannya
apa yang datang, ia menarik nafas panjang kemudian menengadah keatas mulutnya
komat kamit membaca do’a, kemudia diambilnya destar pengikat rambutnya didestar
inipulalah tersimpan berbagai wafak yang tak pernah dilupakan oleh
Datuk Tabano ketika menghadapi musuh. Istrinya melihat Datuk Tabano yang
demikian memberikan keyakinan kepada Datuk Tabano dengan berkata “ Datuk dengarkan
saya datuk panglimo kata orang pantang melangkah surut, harimau pantang
menganjak gigit jelaskan sajalah pada Datuk Bandaro Sati yang dari tadi berada
dihalaman, tapi manis jangan cepat ditelan pahit jangan cepat datuk muntahkan,
hulubalang dipintu mati orang banyak dipintu hutan. Kata – kata istrinya itu
membuat keyakinannya semakin teguh dengan tenang ia berkata kepada istrinya “
masuklah engkau ke dalam selamatkan dirimu dan anak – anak “ kemudian
halimah masuk kedalam kemudian menggendong anak – anaknya.
Dengan
keyakinannya kemudian mendekat ke pintu lalu berkata “ Datuk Bandaro Sati
dengarkan saya kilat balintung telah ke kaki kilat kaca telah kemuka tentang
permintaan Datuk tak dapat saya kabulkan saya teguh pada janji saya setia pada
sumpah saya akan hanya menyerah pada yang satu saya akan tetap berjihat bilang
pada belanda itu walau kelangit mereka menjemur namun cucian takkan kering,
suruh saja mereka masuk kalau mau menangkap hamba , mendengar kata –
katanya belanda merasa bahwa usahanya untuk membujuk takkan berhasil
kemudian memerintahkan kepada anak buahnya mendobrak pintu rumah, pintu rumah
terbuka dan dua orang serdadu menerobos masuk kedalam rumah namun malang bagi
kedua serdadu itu pedang ditanga Tabano telah menghabisi nyawanya, kemudian
menyusul berapa orang serdadu mamun mati juga ditangan Tabano seorang serdadu
kulit putih melepaskan tembakan kearah Tabano, manun peluru yang dilepaskan
berkali kali itu sama sekali tidak merobek kulit Tabano sedadu itu semakin
.penasaran kemudia dia menyerang denga sangkur yang terpasang pada ujung
senjatanya namun langka pangiyan Tabano lebih sigap dari gerakn serdadu
itu. Ketika Tabano memecah kesunyian subuh itu dengan mengucapkan kebesaran
Allah “ Allahuakbar yang berkali kali beliu ucapkan dua orang serdadu masing –
masing Apel dengan nomor pegenal 48072 dan Dema dengan nomor pengenal 3209
menerobos masuk kerumah, seseorang diantaranya menghantamkan pedangnya kearah
Tabano dengan sigap Tabano mengelakkan kemudian menebaskan pula pedangnya
kearah serdadu itu namun mereka harus menahan sakit karena lengan terputus
terkena serangan pedang Tabano, melihat hal itu Dema nomor pengenal 3209
membabi buta menyerang sambil mengayuhkan pedangnya kesana kemari namun tak ada
yang mengenai mtubuh Tabano namun sebaliknya .pedang tabanolah yang merobek
perutnya.
Wafatnya
Datuk Tabano
Setelah
berlangsung lama pertarungan antara Datuk Tabano dengan para penjajah yakni
serdadu belanda maka tibalah saatnya seorang sersan belanda yang bernama Smith
mencoba menyerang Datuk Tabano, ketika Smith menyerang Datuk Tabano
melompat mengelak, smith jatuh tersungkur namun ketika tabano hendak melompati
Smith kembali kakinya tergelincir di tikar yang sudah licin terkena
darah dia terjatuh dan dester yang di kepalanya terlepas saat itu perwira
belanda yang bernama Stein yang dari tadi berdiri siaga dipintu rumah melihat
kesempatan itu melepaskan tembakan kea rah tubuh tabano, peluruh senapan Stein
yang sengaja telah disiapkan sejak awal setelah mengetahui kelemahan Tabano itu
akhirnya menembus tubuh Tabano, Stein kemudian melihat destar Tabano yang
terlepas itu memburuhnya kemudian menghujamkan sangkurnya ke leher Tabano, dan
akhirnya almujahid itu tah mampu menahan sakit hanya kalimah kebesaran Allah
terus keluar dari mulutnya dan akhirnya almujahid itu menghembuskan nafas
terakhirnya.
Setelah
di selamatkan secara agama islam maka akhirnya mayat Datuk Tabano pun
dimakamkan dipemakaman keluarga istrinya di kampung tanjung, setelah empat
puluh hari dimakamkan di kampung tanjung kemudian atas permintaan persukuan dan
kemenakan serta disetujui oleh pihak istrinya makam almujahid itu dipindahkan
ke pemakaman suku melayu Datuk Tuo di kampung UAI, dikampung Uai inilah
akhirnya beliau beristirahat dengan tenang dimana kampung Uai ini adalah kampung
halaman dan tanah kelahirannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar