Sabtu, 23 Maret 2013

kutai

A.      PENDAHULUAN
Kerajaan Kutai merupakan kerajaan bercorak Hindu di Nusantara yang memiliki bukti sejarah tertua. Kerajaan kutai berdiri sekitar abad ke-4 M. Kerajaan ini terletak di Muara Kaman, Kalimantan Timur, tepatnya di hulu sungai Mahakam. Nama kutai di ambil dari nama tempat ditemukannya prasasti yang menunjukkan eksistensi kerajaan tersebut. Tidak ada prasasti yang secara jelas menyebutkan nama kerajaan ini dan memang sangat sedikit informasi yang diperoleh.
Dalam pembahasan Kerajaan Kutai ini pemakalah akan menguraikan tentang apa-apa saja peninggalan sejarah yang ada di Kerajaan Kutai tersebut, sehingga kita dapat mengungkap kebenaran yang ada, dan menambah pengetahuan kita tentang sejarah kerajaan Kutai tersebut. Pembahasan tentang kerajaan Kutai tersebut akan kami bahas dalam poin selanjutnya.
B.      PEMBAHASAN
A. Pengaruh Budaya India di Indonesia
Sebelum kita membahas tentang Kerajaan Kutai alangkah baiknya kita mengenal tentang pengaruh budaya India terhadap kebudayaan Indonesia. Kebudayaan India tumbuh subur di Indonesia, namun unsur budaya asli Indonesia masih dominan dalam masyarakat, misalnya tampak dalam hal berikut ini:[1]
1. Kasta
Sistem kasta di Indonesia merupakan pengaruh kebudayaan dari India seiring munculnya agama Hindu di India. Ketika agama dan kebudayaan  Hindu masuk ke Indonesia sistem kasta tidak berlaku mutlak seperti yang berlaku mutlak di India. Masyarakat Hindu di Indonesia mengenal kasta hanya dalam bidang kagamaan. Masyarakat Hindu di Indonesia merupakan masyarakat yang senantiasa menerima budaya dari luar tanpa menghilangkan budaya asli atau pribumi.
2. Konsep Raja dan Kerajaan
Sebelum budaya India masuk ke Indonesia, masyarakat Indonesia tidak mengenal konsep Raja dan Kerajaan. Indonesia pada masa itu baru mengenal konsep kesukuan. Masyarakat masih terpecah-pecah dalam bentuk suku-suku yang kecil, artinya wilayah yang di pegang setiap suku masih terbatas. Setiap suku tersebut dipimpin oleh seorang kepala suku atau Primus Interpares. Seorang kepala suku dipilih berdasarkan kekuatatan fidik dan kekuatan magis yang dimilikinya.
Setelah kebudayaan India masuk ke Indonesia, konsep raja dan kerajaan mulai dikenal. Hal ini dapat ditelusuri dari munculnya kerajaan Kutai di Kalimantan Timur. Menurut para pakar sejarah mengatakan bahwa kerajaan Kutai pada awalnya merupakan sebuah pemerintahan yang dipimpin oleh seorang kepala suku. Kepala suku dalam hal ini adalah Kudungga yang diperkirakan masih merupakan nama asli Indonesia. Kutai mulai tampak menjadi sebuah kerajaan sejak pada masa pemerintahan raja Aswawarman . Jadi pada dasarnya pengaruh kebudayaan India dalam melahirkan konsep Raja dan Kerajaan di Indonesia sangat besar.
B. Kerajaan Kutai
1)       Lokasi kerajaan Kutai
Berdasarkan sumber-sumber berita yang berhasil ditemukan menunjukkan bahwa kerajaan Kutai terletak di Kalimantan Timur, yaitu di hulu Sungai Mahakam.[2] Sumber yang menyatakan bahwa di Kalimantan Timur telah berdiri dan berkembang kerajaan yang bercorak Hindu (India) adalah hasil dari beberapa penemuan peninggalan berupa tulisan (prasasti). Tulisan tersebut terdapat pada tujuh buah batu tiang, batu tersebut disebut dengan Yupa. Tulisan yang terdapat pada Yupa tersebut menggunakan huruf Pallawa dan berbahasa Sanskerta. Tiang batu atau Yupa tersebut dipergunakan untuk mengikat hewan kurban. Kurban tersebut merupakan persembahan masyarakat Kutai kepada para Dewa yang dipujanya.
Adapun isi prasasti tersebut menyatakan bahwa raja pertama kerajaan Kutai bernama Kudungga. Ia mempunyai putra bernama Aswawarman yang disebut sebagai Wamsakerta (pembentuk keluarga). Setelah meninggal Aswawarman, kemudian digantikan oleh Mulawarman. Penggunaan nama Aswawarman dan nama-nama raja generasi berikutnya menunjukkan telah masuknya pengaruh agama Hindu dalam kerajaan Kutai dan hal itu membuktikan bahwa raja-raja Kutai adalah orang Indonesia asli yang telah memeluk agama Hindu.[3]

2)       Kehidupan Politik
Sejak muncul pengaruh India (Hindu) di Kalimantan Timur, terjadi perubahan dalam tatanan pemerintahan, yaitu dari pemerintahan seorang Kepala Suku menjadi sistem pemerintahan Raja dan Kerajaan dengan raja sebagai kepala pemerintahannya. Raja-raja yang berhasil diketahui pernah memimpin kerajaan Kutai berdasarkan petunjuk dari Prasasti atau Yupa, yaitu:

a. Raja Kudungga
Raja Kudungga merupakan raja pertama yang berkuasa di kerajaan Kutai, ia juga sekaligus sebagai kepala suku di sana. Para sejarawan berpendapat bahwa pada masa kekuasaan Raja Kudungga pengaruh Hindu baru masuk ke wilayah kekuasaannya. Kedudukan Kudungga pada awalnya adalah sebagai seorang kepala suku. Seiring masuknya pengaruh Hindu ke wilayah kekuasaannya, kemudian Kudungga dengan senang hati menerima agama tersebut, dengan diterimanya agama tersebut otomatis secara berangsur-angsur struktur pemerintahan dari sistem kepala suku di ubah menjadi sistem kerajaan. Sebagai raja pertamanya adalah Kudungga. Akhir kekuasaan Kudungga digantikan oleh putranya benama Aswawarman.



b. Raja Aswawarman
Prasasti Yupa menerangkan bahwa raja Aswawarman merupakan raja yang cakap dan kuat. Pada masa pemerintahannya ia melakukan perluasan daerah kekuasaan. Hal ini dibuktikan dengan pelaksanaan upacara Aswamedha. Upacara ini pernah dilakukan di India pada masa pemerintahan Raja Samudragupta, ketika ingin memperluas daerah kekuasaannya. Dalam upacara itu dilaksanakan pelepasan kuda dengan tujuan untuk menentukan batas-batasan kerajaan Kutai. Dengan kata lain, sampai dimana ditemukan telapak kaki kuda, maka sampai disitulah batas kekuasaan kerajaan Kutai.[4] Pelepasan kuda tersebut diiringi atau diikuti oleh prajurit-prajurit kerajaan Kutai. Akhir kekuasaan Aswawarman digantikan oleh putranya, yaitu Mulawarman.

c. Raja Mulawarman
Raja Mulawarman merupakan raja besar atau raja termashur dari kerajaan Kutai. Dimasa pemerintahannya kerajaan Kutai mengalami masa Keemasan atau masa kegemilangan. Rakyat hidup tentram dan sejahtera. Dengan keadaan itulah raja Mulawarman mengadakan upacara kurban emas yang amat banyak. Maksud kurban emas yang amat banyak tertera dalam keterangan tertulis pada prasasti yang menyatakan bahwa raja Mulawarman pernah memberikan hartanya berupa minyak dan 20.000 ekor sapi kepada para Brahmana.[5]

3)       Kehidupan Sosial
Berdasarkan prasasti yang ditemukan di Kutai, dapat diketahui bahwa pada abad ke-4 M di daerah Kutai terdapat suatu masyarakat Indonesia yang telah mengenal pengaruh Hindu. Masyarakat tesebut telah mampu mendirikan sebuah kerajaan yang tertata rapi menurut pola pemerintahan yang di India. informasi ini sangat penting karena dapat menunjukkan aspek-aspek kehidupan sosial masyarakat Indonesia pada saat itu yang telah berkembang mengikuti pola perkambangan zaman. Masyarakat Indonesia menerima unsur-unsur yang datang dari luar (india) dan mengembangkannya sesuai dengan kebudayaan dan tradisi bangsa Indonesia itu sendiri.
4)       Kehidupan Ekonomi
Tentang kehidupan perekonomian masyarakat Kutai tidak banyak diketahui dari prasasti-prasasti Kutai. Namun melihat letaknya, Kutai sangat strategis, terletak pada jalur aktifitas pelayaran, dan perdagangan antara dunia Barat  dengan dunia Timur. Disamping itu letak Kutai yang jauh di pedalaman sangat baik untuk tempat peristirahatan bagi para pelayar yang melakukan perjalanan jauh. Mereka secara langsung maupun tidak langsung besar pengaruhnya dalam kehidupan masyarakat Kutai, terutama dalam bidang perekonomian masyarakat, dimana perdagangan merupakan mata pencaharian utama pada waktu itu
5)       Kehidupn Budaya
Kehidupan dan perkembangan kebudayaan masyarakat Kutai erat kaitannya terhadap kepercayaan atau agama yang mereka anut. Yupa merupakan salah satu hasil budaya masyarakat Kutai. Pada dasarnya Yupa tersebut merupakan sebuah tiang batu untuk mengikat korban yang akan dipersembahkan. Namun sebenarnya tugu batu tersebut merupakan warisan budaya nenek moyang bangsa Indonesia dari zaman megalitikum, yaitu kebudayaan menhir.[6]
Salah satu Yupa menyebutkan tempat suci dengan kata Vaprakecvara. Seorang arkeolog bernama Ny. Sulaiman mengatakan bahwa kata Vaprakecvara diartikan sebagai lapangan luas tempat pemujaan. Kata Vaprakecvara itu dihubungkan dengan dewa Siwa. Dengan demikian, dapat dipastikan bahwa masyarakat Kutai memeluk agama Siwa. Hal ini di dukung oleh beberapa faktor sebagai berikut:
Ø  Besarnya kerajaan Pallawa yang beragama Siwa menyebabkan agama Siwa terkenel di Kutai
Ø  Besarnya peranan para Brahmana di Kutai menunjukkan besarnya pengaruh Brahmana dalam agama Siwa, terutama dalam upacara korban.
C. PENUTUP
Kerajaan Kutai meruapakan kerajaan bercorak Hindu di Nusantara yang memiliki bukti tertua dalam sejarah Indonesia. Kerajaan Kutai berdiri kira-kira pada abad ke-4 M, kerajaan ini terletak di Muara Kaman, Kalimantan Timur, tepatnya di hulu Sungai Mahakam.
Bukti tentang keberadaan kerajaan Kutai tercantum dalam Prasasti yang berhasil ditemukan di Kutai, tepatnya di Kalimantan Timur, di hulu Sungai Mahakam. Dalam prasasti tersebut dijelaskan tentang siapa-siapa saja yang penah berkuasa di dalam kerajaan Kutai tersebut. Para Raja yang perna memimpin Kutai adalah Raja Kudungga, Raja Aswawarman, Raja Mulawarman.












DAFTAR PUSTAKA
Badrika, I Wayan. Sejarah Nasional Indonesia Dan Umum. Jakarta: Erlangga. 2000
Soekmono. Pengantar Sejarah Indonesia 2. Jakarta: Kanisus. 1973
http//www. Sejarah Kerajaan Kutai di Indonesia. Htm (Selasa, 4 okt 2011)
http//www. Kerajaan Kutai Wikipedia Bahasa Indonesia, Ensiklopedia Bebas Mozilla Firefox (Selasa, 4 okt 2011)
http//www. Pengaruh Budaya India di Indonesia. Htm (Minggu, 23 okt 2011)


[1] http//www. Pengaruh Budaya India di Indonesia. Htm (Minggu, 23 okt 2011)

[2] Soekmono. Pengantar Sejarah Indonesia 2. (Jakarta: Kanisus. 1973) hal: 35

[3] http//www. Sejarah Kerajaan Kutai di Indonesia. Htm (Selasa, 4 okt 2011)

[4] I Wayan, Badrika. Sejarah Nasional Indonesia Dan Umum. (Jakarta: Erlangga. 2000) hal: 134
[5] http//www. Sejarah Kerajaan Kutai di Indonesia. Htm (Selasa, 4 okt 2011)

[6] Opcit, hal: 135

Tidak ada komentar:

Posting Komentar