A.
PENDAHULUAN
Kerajaan
Kutai merupakan kerajaan bercorak Hindu di Nusantara yang memiliki bukti sejarah
tertua. Kerajaan kutai berdiri sekitar abad ke-4 M. Kerajaan ini terletak di
Muara Kaman, Kalimantan Timur, tepatnya di hulu sungai Mahakam. Nama kutai di
ambil dari nama tempat ditemukannya prasasti yang menunjukkan eksistensi
kerajaan tersebut. Tidak ada prasasti yang secara jelas menyebutkan nama
kerajaan ini dan memang sangat sedikit informasi yang diperoleh.
Dalam
pembahasan Kerajaan Kutai ini pemakalah akan menguraikan tentang apa-apa saja
peninggalan sejarah yang ada di Kerajaan Kutai tersebut, sehingga kita dapat
mengungkap kebenaran yang ada, dan menambah pengetahuan kita tentang sejarah
kerajaan Kutai tersebut. Pembahasan tentang kerajaan Kutai tersebut akan kami
bahas dalam poin selanjutnya.
B.
PEMBAHASAN
A.
Pengaruh Budaya India di Indonesia
Sebelum
kita membahas tentang Kerajaan Kutai alangkah baiknya kita mengenal tentang
pengaruh budaya India terhadap kebudayaan Indonesia. Kebudayaan India tumbuh
subur di Indonesia, namun unsur budaya asli Indonesia masih dominan dalam
masyarakat, misalnya tampak dalam hal berikut ini:[1]
1.
Kasta
Sistem
kasta di Indonesia merupakan pengaruh kebudayaan dari India seiring munculnya
agama Hindu di India. Ketika agama dan kebudayaan Hindu masuk ke Indonesia sistem kasta tidak
berlaku mutlak seperti yang berlaku mutlak di India. Masyarakat Hindu di
Indonesia mengenal kasta hanya dalam bidang kagamaan. Masyarakat Hindu di
Indonesia merupakan masyarakat yang senantiasa menerima budaya dari luar tanpa menghilangkan
budaya asli atau pribumi.
2.
Konsep Raja dan Kerajaan
Sebelum
budaya India masuk ke Indonesia, masyarakat Indonesia tidak mengenal konsep
Raja dan Kerajaan. Indonesia pada masa itu baru mengenal konsep kesukuan. Masyarakat
masih terpecah-pecah dalam bentuk suku-suku yang kecil, artinya wilayah yang di
pegang setiap suku masih terbatas. Setiap suku tersebut dipimpin oleh seorang
kepala suku atau Primus Interpares.
Seorang kepala suku dipilih berdasarkan kekuatatan fidik dan kekuatan magis
yang dimilikinya.
Setelah
kebudayaan India masuk ke Indonesia, konsep raja dan kerajaan mulai dikenal.
Hal ini dapat ditelusuri dari munculnya kerajaan Kutai di Kalimantan Timur.
Menurut para pakar sejarah mengatakan bahwa kerajaan Kutai pada awalnya
merupakan sebuah pemerintahan yang dipimpin oleh seorang kepala suku. Kepala
suku dalam hal ini adalah Kudungga yang diperkirakan masih merupakan nama asli
Indonesia. Kutai mulai tampak menjadi sebuah kerajaan sejak pada masa
pemerintahan raja Aswawarman . Jadi pada dasarnya pengaruh kebudayaan India
dalam melahirkan konsep Raja dan Kerajaan di Indonesia sangat besar.
B.
Kerajaan Kutai
1)
Lokasi kerajaan Kutai
Berdasarkan
sumber-sumber berita yang berhasil ditemukan menunjukkan bahwa kerajaan Kutai
terletak di Kalimantan Timur, yaitu di hulu Sungai Mahakam.[2] Sumber
yang menyatakan bahwa di Kalimantan Timur telah berdiri dan berkembang kerajaan
yang bercorak Hindu (India) adalah hasil dari beberapa penemuan peninggalan
berupa tulisan (prasasti). Tulisan tersebut terdapat pada tujuh buah batu
tiang, batu tersebut disebut dengan Yupa. Tulisan yang terdapat pada Yupa
tersebut menggunakan huruf Pallawa dan berbahasa Sanskerta. Tiang batu atau
Yupa tersebut dipergunakan untuk mengikat hewan kurban. Kurban tersebut
merupakan persembahan masyarakat Kutai kepada para Dewa yang dipujanya.
Adapun
isi prasasti tersebut menyatakan bahwa raja pertama kerajaan Kutai bernama
Kudungga. Ia mempunyai putra bernama Aswawarman yang disebut sebagai Wamsakerta
(pembentuk keluarga). Setelah meninggal Aswawarman, kemudian digantikan oleh
Mulawarman. Penggunaan nama Aswawarman dan nama-nama raja generasi berikutnya
menunjukkan telah masuknya pengaruh agama Hindu dalam kerajaan Kutai dan hal
itu membuktikan bahwa raja-raja Kutai adalah orang Indonesia asli yang telah
memeluk agama Hindu.[3]
2)
Kehidupan Politik
Sejak
muncul pengaruh India (Hindu) di Kalimantan Timur, terjadi perubahan dalam
tatanan pemerintahan, yaitu dari pemerintahan seorang Kepala Suku menjadi
sistem pemerintahan Raja dan Kerajaan dengan raja sebagai kepala
pemerintahannya. Raja-raja yang berhasil diketahui pernah memimpin kerajaan
Kutai berdasarkan petunjuk dari Prasasti atau Yupa, yaitu:
a. Raja Kudungga
Raja
Kudungga merupakan raja pertama yang berkuasa di kerajaan Kutai, ia juga
sekaligus sebagai kepala suku di sana. Para sejarawan berpendapat bahwa pada
masa kekuasaan Raja Kudungga pengaruh Hindu baru masuk ke wilayah kekuasaannya.
Kedudukan Kudungga pada awalnya adalah sebagai seorang kepala suku. Seiring
masuknya pengaruh Hindu ke wilayah kekuasaannya, kemudian Kudungga dengan
senang hati menerima agama tersebut, dengan diterimanya agama tersebut otomatis
secara berangsur-angsur struktur pemerintahan dari sistem kepala suku di ubah
menjadi sistem kerajaan. Sebagai raja pertamanya adalah Kudungga. Akhir
kekuasaan Kudungga digantikan oleh putranya benama Aswawarman.
b. Raja Aswawarman
Prasasti
Yupa menerangkan bahwa raja Aswawarman merupakan raja yang cakap dan kuat. Pada
masa pemerintahannya ia melakukan perluasan daerah kekuasaan. Hal ini
dibuktikan dengan pelaksanaan upacara Aswamedha. Upacara ini pernah dilakukan
di India pada masa pemerintahan Raja Samudragupta, ketika ingin memperluas
daerah kekuasaannya. Dalam upacara itu dilaksanakan pelepasan kuda dengan
tujuan untuk menentukan batas-batasan kerajaan Kutai. Dengan kata lain, sampai
dimana ditemukan telapak kaki kuda, maka sampai disitulah batas kekuasaan
kerajaan Kutai.[4]
Pelepasan kuda tersebut diiringi atau diikuti oleh prajurit-prajurit kerajaan
Kutai. Akhir kekuasaan Aswawarman digantikan oleh putranya, yaitu Mulawarman.
c. Raja Mulawarman
Raja
Mulawarman merupakan raja besar atau raja termashur dari kerajaan Kutai. Dimasa
pemerintahannya kerajaan Kutai mengalami masa Keemasan atau masa kegemilangan.
Rakyat hidup tentram dan sejahtera. Dengan keadaan itulah raja Mulawarman
mengadakan upacara kurban emas yang amat banyak. Maksud kurban emas yang amat
banyak tertera dalam keterangan tertulis pada prasasti yang menyatakan bahwa
raja Mulawarman pernah memberikan hartanya berupa minyak dan 20.000 ekor sapi
kepada para Brahmana.[5]
3)
Kehidupan Sosial
Berdasarkan
prasasti yang ditemukan di Kutai, dapat diketahui bahwa pada abad ke-4 M di
daerah Kutai terdapat suatu masyarakat Indonesia yang telah mengenal pengaruh
Hindu. Masyarakat tesebut telah mampu mendirikan sebuah kerajaan yang tertata
rapi menurut pola pemerintahan yang di India. informasi ini sangat penting
karena dapat menunjukkan aspek-aspek kehidupan sosial masyarakat Indonesia pada
saat itu yang telah berkembang mengikuti pola perkambangan zaman. Masyarakat
Indonesia menerima unsur-unsur yang datang dari luar (india) dan
mengembangkannya sesuai dengan kebudayaan dan tradisi bangsa Indonesia itu
sendiri.
4)
Kehidupan Ekonomi
Tentang
kehidupan perekonomian masyarakat Kutai tidak banyak diketahui dari
prasasti-prasasti Kutai. Namun melihat letaknya, Kutai sangat strategis,
terletak pada jalur aktifitas pelayaran, dan perdagangan antara dunia Barat dengan dunia Timur. Disamping itu letak Kutai
yang jauh di pedalaman sangat baik untuk tempat peristirahatan bagi para
pelayar yang melakukan perjalanan jauh. Mereka secara langsung maupun tidak
langsung besar pengaruhnya dalam kehidupan masyarakat Kutai, terutama dalam
bidang perekonomian masyarakat, dimana perdagangan merupakan mata pencaharian
utama pada waktu itu
5)
Kehidupn Budaya
Kehidupan
dan perkembangan kebudayaan masyarakat Kutai erat kaitannya terhadap
kepercayaan atau agama yang mereka anut. Yupa merupakan salah satu hasil budaya
masyarakat Kutai. Pada dasarnya Yupa tersebut merupakan sebuah tiang batu untuk
mengikat korban yang akan dipersembahkan. Namun sebenarnya tugu batu tersebut
merupakan warisan budaya nenek moyang bangsa Indonesia dari zaman megalitikum,
yaitu kebudayaan menhir.[6]
Salah
satu Yupa menyebutkan tempat suci dengan kata Vaprakecvara. Seorang arkeolog bernama Ny. Sulaiman mengatakan bahwa
kata Vaprakecvara diartikan sebagai
lapangan luas tempat pemujaan. Kata Vaprakecvara itu dihubungkan dengan dewa
Siwa. Dengan demikian, dapat dipastikan bahwa masyarakat Kutai memeluk agama
Siwa. Hal ini di dukung oleh beberapa faktor sebagai berikut:
Ø Besarnya
kerajaan Pallawa yang beragama Siwa menyebabkan agama Siwa terkenel di Kutai
Ø Besarnya
peranan para Brahmana di Kutai menunjukkan besarnya pengaruh Brahmana dalam
agama Siwa, terutama dalam upacara korban.
C.
PENUTUP
Kerajaan
Kutai meruapakan kerajaan bercorak Hindu di Nusantara yang memiliki bukti
tertua dalam sejarah Indonesia. Kerajaan Kutai berdiri kira-kira pada abad ke-4
M, kerajaan ini terletak di Muara Kaman, Kalimantan Timur, tepatnya di hulu
Sungai Mahakam.
Bukti
tentang keberadaan kerajaan Kutai tercantum dalam Prasasti yang berhasil
ditemukan di Kutai, tepatnya di Kalimantan Timur, di hulu Sungai Mahakam. Dalam
prasasti tersebut dijelaskan tentang siapa-siapa saja yang penah berkuasa di
dalam kerajaan Kutai tersebut. Para Raja yang perna memimpin Kutai adalah Raja
Kudungga, Raja Aswawarman, Raja Mulawarman.
DAFTAR
PUSTAKA
Badrika, I
Wayan. Sejarah Nasional Indonesia Dan
Umum. Jakarta: Erlangga. 2000
Soekmono. Pengantar Sejarah Indonesia 2. Jakarta:
Kanisus. 1973
http//www. Sejarah Kerajaan Kutai di Indonesia. Htm
(Selasa, 4 okt 2011)
http//www. Kerajaan Kutai Wikipedia Bahasa Indonesia,
Ensiklopedia Bebas Mozilla Firefox (Selasa, 4 okt 2011)
http//www. Pengaruh Budaya India di Indonesia. Htm
(Minggu, 23 okt 2011)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar