Minggu, 01 September 2013

Puisi Untuk Keluarga



PUISI SEORANG ANAK UNTUK AYAH


Ayah.....
Ribuan kilo jalan yang engkau tempuh
Semak belukar hutan belantara di lalui
Begitu besar pengorbanan mu
Lewati rintang untuk aku anak mu

Ayah....
Kini usia mu sudah menua
Tubuh kekar kini memucat
Tenaga kuat kini mulai melemah
Tatapan mata kini mulai berkurang

Namun engkau tetap terus berjalan
Walau telapak kaki
Penuh darah... penuh nanah...

Ayah....
Seperti udara kasih yang engkau berikan
Seperti hujan doa yang engkau panjatkan
Tak mampu ku untuk membalas semuanya

Ayah.....
Ingin aku menangis di pangkuan mu
Sambil merasakan belain tangan mu yang lembut
Sampai aku tertidur, bagai masa kecil dulu

Teluk Beringin, 06 Juni 2013




PESAN SEORANG AYAH

Saat kita masih kecil
Ayah selalu memberi kata-kata mungil
Berisikan makna berhati-hati
Supaya kita selamat di akhir nanti

Dalam senyum ayah yang sudah layu
Terselip nafas mengaharu kalbu
Tetes demi tetes air liur
Menyuruh kita untuk selalu jujur

Dalam perjuangan untuk menafkahi keluarga
Meski susah, lelah dalam mengembara
Bahkan hutan rimba di kelolanya
Semua demi kehidupan bahagia

Walau menghabiskan tenaga
Ayah selalu berpesan kepada kita
Kalau nanti kamu berkelana
Jagalah lidah dan tingga

Jagalah langkah kaki mu
Jagalah lengang lengok tangan mu
Jagalah hati mu
Juga jagalah mulut mu

Jika nanti kita di rantau orang
Peliharalah nafsu mu yang berkembang
Madilah  di hili-hilir orang
Duduklah  di belakang-lakang

Insya Allah
Walau kita terlontar jauh ke ujung dunia
Terdampar di pulang yang tak kita kenal
Bahkan sampai ke hujung peta dunia
Kita akan memperoleh keselamatan
Teluk Beringin, 12 Juni 2013
SEHELAI SURAT UNTUK IBU


Di ruang kamar yang sederhana
Dengan linangan air mata
Aku susun kata perkata
Hingga menjadi bait-bait yang bermakna

Dalam selembar kertas berwarna jingga
Tertulis aksara-aksara dari goresan pena tua
Bahasa demi bahasa bercerita dengan manja
Meski isinya mengandung rasa hiba

Dalam balutan duka
Hanya berteman kaca mata renta
Coba ungkapkan salah dan dosa
Juga tentang sedih dan rasa

Aku tau aku sudah durhaka
Karena tak dapat berkumpul bersama
Di hari Fitri yang penuh barkah

Ibu maafkan sudah membuat mu sedih
Meski aku tau kau akan tetap tersenyum
Walau sedih tapi tak akan murung
Itulah diri mu ibu ku sayang

Ibu anak mu tak bisa pulang lebaran ini
Untuk bersujud ampunan mu
Untuk bersimpuh mengharapkan doa mu
Meski aku tau tak cukup secarik kertas jingga ini

Sebagai tulisan usang permohonan maaf diri
Juga tak layak goresan penah tua ini
Sebagai coretan sederhana permintaan ampunan diri ini

Namun semua apa hendak dikata
Di antara kita terpenjara jarak
Terpisahkan bentangan cakrawala
Terhalang benteng waktu yang tinggi menjulang

Aku hidup jauh dinegeri seberang
Berjuang untuk dimasa depan
Meski hidup dengan seorang tanpa sanak saudara
Penuh tantangan dan bahaya di depan mata

Bertahun sudah aku bertualang
Meningalkan mu ibu di kampung halaman
Meski terkadang berliang air mata
Kala sunyi menghampiri jiwa

Ibu.....
Maklumi lah anak mu ini
Ampunilah anak mu ini
Ridhoilah perjalan anak mu ini
Dan doakanlah anak mu ini
Demi meraih cita-cita yang saat ini digelutinya

Ibu....
Walau aku tak ada di depan mata mu
Walau tak bisa menjabat tangan mu yang sudah tua
Walau tak bisa memeluk tubuh mu yang mulai rapuh
Apa lagi untuk menciup telapak kaki mu yang sudah menua

Ibu.....
Dari kejauhan aku memohon maaf dari mu
Tak ada yang aku pinta selain doa mu
Tak ada yang aku damba selain ampunan mu

Ibu.....
Mudahan sehelai kertas jingga ini
Bisa menghilangkan kecemasan mu
Hapuskan rasa gelisah mu
Redupkan rasa kesedihan hati mu
Meredahkan rasa rindu mu pada aku anak mu

Teluk Beringin, 08 Juni 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar